Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepala BPPT: Habibie Lah yang Menjadi Ruh BPPT

Kompas.com - 13/09/2019, 05:50 WIB
Retia Kartika Dewi,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kepergian presiden ketiga RI, Bacharuddin Jusuf Habibie atau BJ Habibie meninggalkan duka mendalam bagi seluruh pihak. Kegigihannya dalam memajukan bangsa, terutama di bidang teknologi meninggalkan warisan yang tak lekang oleh zaman.

Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Hammam Riza mengaku bahwa seluruh anggota BPPT turut merasakan duka yang mendalam atas meninggalnya BJ Habibie.

Ia meyakini, semangat dan cita-cita besar BJ Habibie melekat pada seluruh anggota BPPT.

Menurutnya, ruh BPPT adalah Habibie, yang mencita-citakan Indonesia menjadi negara maju melalui industrialisasi atau transformasi industri.

Hal inilah yang membuat Habibie diberi kepercayaan untuk membangun Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di Indonesia sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi pada 1978-1998.

“Dengan mengemban tugas tersebut, berarti Habibie lah yang menjadi ruh BPPT. Ruh atau spirit inilah yang akan selalu dibawa oleh generasi penerusnya. Membangun Indonesia melalui penguasaan dan pendayagunaan IPTEK,” ujar Hammam saat dihubungi Kompas.com pada Kamis (12/9/2019).

Baca juga: Mengenang Habibie, dari Dunia Dirgantara hingga Kecamannya terhadap Musik Rap

Kenangan Habibie

Selain itu, Hammam masih mengingat kegigihan Habibie saat pertama kali membangun BPPT.

Hammam mengungkapkan bahwa saat itu Habibie berfokus pada pembangunan manusia atau meningkatkan sumber daya manusia (SDM), bukan pada sarana dan prasarana.

“Siapa yang akan melaksanakan transformasi industri? Jawabannya adalah SDM-nya. Maka Habibie mencari jutaan puta-putri terbaik bangsa di seluruh Indonesia untuk ikut bersamanya dalam menggapai cita-citanya tersebut,” ujar Hammam.

Menurut Hammam, harapan Habibie sudah mulai terlihat dari mayoritas pembangunan di Indonesia merupakan hasil karya putra-putri terbaik Indonesia dari binaan Habibie.

Soal memajukan SDM Indonesia, hal ini bisa kita contoh berdasarkan rekam jejak pendidikan yang dilakoni Habibie.

Diketahui, Habibie menjadi lulusan terbaik sejak SMA hingga perguruan tinggi di Institut Teknologi Bandung (ITB).

Kemudian, beliau melanjutkan studi doktoral di RWTH Aachen University di Jerman guna menekuni ilmu teknologi yang menjadi keminatannya.

Baca juga: Mengenal Penyakit Degeneratif yang Merenggut Nyawa BJ Habibie

Legacy pesawat terbang

Sementara, kegigihan dan perjuangan Habibie dalam memajukan teknologi Indonesia agar bisa bersaing dengan negara asing terwujud dalam perkembangan pesawat terbang.

Hammam mengatakan bahwa legacy (warisan) Habibie kepada Indonesia, yakni melahirkan 9 Wahana transformasi industri negara, terutama produksi pesawat terbang.

“Karena Habibie adalah insinyur penerbangan dan melihat Indonesia sebagai negara kepulauan, jadi yang dikejar adalah menghasilkan pesawat terbang asli produk Indonesia, dibuat oleh orang Indonesia, diproduksi di Indonesia, dan digunakan di Indonesia,” kata Hammam.

Ia menilai bahwa warisan dari Habibie tidak bisa dipadamkan, karena berupa keberhasilan.

Dengan warisan itulah Habibie dikenal sebagai pahlawan teknologi Indonesia.

“Jadi BPPT itu akan terus membawa legacy dari Eyang Habibie, legacy semangat Presiden RI ke-3. BPPT akan terus melahirkan inovasi dan layanan teknologi terbaik untuk Indonesia Maju. Selalu ada, forever and ever membawa spirit Habibie membangun Indonesia melalui pemanfaatan Iptek dan inovasi,” ujar Hammam.

Baca juga: Selain BJ Habibie, Ini 3 Presiden Lulusan Teknik

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Tren
Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Tren
Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com