KOMPAS.com - Presiden ketiga Republik Indonesia, BJ Habibie meninggal dunia karena sakit di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta, Rabu (11/9/2019).
Habibie dikenal sebagai salah satu tokoh bangsa yang memiliki segudang prestasi.
Lahir di Parepare, Sulawesi Selatan pada 25 Juni 1936, Habibie merupakan anak keempat dari pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan RA. Tuti Marini Puspowardoyo.
Waktu kecil, ia gemar menunggangi kuda dan membaca. Ia juga memiliki kelebihan dibandingkan teman-teman masa sekolahnya.
Pada 3 September 1950, ayah Habibie meninggal dunia tak lama setelah ia pindah ke Bandung untuk melanjutkan studi ke Institut Teknologi Bandung (ITB).
Lima tahun berselang, tepatnya pada tahun 1955, Habibie mendapat beasiswa untuk melanjutkan kuliah di Rhenish Wesfalische Technische Hochscule, Jerman.
Saat itu, pengetahuannya tentang teknologi dan mesin semakin terasah.
Tak hanya itu, Habibie menjalani kuliahnya sembari bekerja.
Ia pernah bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm, sebuah perusahaan penerbangan yang berpusat di Hamburg, Jerman.
Karena kerja kerasnya, karier Habibie semakin cemerlang.
Baca juga: BJ Habibie Wafat, Wariskan Karya dari Kisah Cinta hingga Dirgantara
Pada tahun 1973, Habibie diminta Soeharto untuk kembali pulang ke Indonesia karena faktor keadaan dan situasi.
Saat itu, Indonesia membutuhkan sentuhan dan pengaruh dari Habibie dari sektor teknologi.
Setahun berselang, Habibie diberikan kepercayaan oleh Soeharto untuk memimpin pengembangan industri di Indonesia.
Habibie ditunjuk sebagai CEO dari Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN).
Pada tahun 1978, Habibie berhasil diangkat menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi.