Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

World Suicide Prevention Day, WHO: Satu Orang Bunuh Diri Tiap 40 Detik

Kompas.com - 10/09/2019, 19:30 WIB
Rosiana Haryanti,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

Sumber WHO

KOMPAS.com - Hari ini, pada 10 September, World Health Organization (WHO) memperingati World Prevention Suicide Day (WPSD) atau Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia. Peringatan ini diiniasi oleh International Association for Suicide Prevention (IASP).

Peringatan tahunan tersebut dilakukan guna meningkatkan kesadaran masyarakat akan kesehatan mental. Melansir situs WHO, Selasa (10/9/2019), tahun ini peringatan WSPD mengangkat tema Working Together to Prevent Suicide atau bekerja sama untuk mengantisipasi kejadian bunuh diri.

Setiap 40 detik, satu orang meninggal akibat bunuh diri

Jumlah negara yang mulai memerhatikan pencegahan bunuh diri meningkat selama lima tahun terakhir, seiring dengan terbitnya publikasi WHO mengenai tingkat bunuh diri di seluruh dunia.

Meski perhatian terhadap hal ini meningkat, namun jumlah negara yang memiliki program dan strategi khusus untuk mengurangi jumlah bunuh diri hanya berjumlah 38 saja. Angka ini tentunya jauh dari total jumlah negara.

Baca juga: World Suicide Prevention Day, Bantu Antisipasi Bunuh Diri dengan Cara Ini

"Meski perhatian meningkat, namun satu orang meninggal karena bunuh diri setiap 40 detik," ujar Director-General WHO, Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus.

WHO mencatat, tingkat kematian akibat bunuh diri pada 2016 sebanyak 10,5 orang per 100.000 orang.

Meski begitu, tingkat kematian setiap negara berbeda. Menurut WHO, ada satu negara yang mencatatkan tingkat kematian 5 orang per 100.000 penduduk, ada pula yang memiliki tingkat kematian 30 orang per 100.000 penduduk.

Dari jumlah negara yang disurvei, sebanyak 79 persen korban berasal dari wilayah berpenghasilan rendah dan menengah. Sedangkan negara berpenghasilan tinggi rata-rata mencatatkan angka 11,5 kematian per 100.000 penduduk.

Data WHO juga menyebutkan, akibat bunuh diri merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak kedua setelah kecelakaan lalu lintas, pada penduduk usia 15-29 tahun.

Sementara grafik lain menunjukkan, bunuh diri menjadi penyebab kematian kedua pada perempuan setelah melahirkan. Adapun pada laki-laki, bunuh diri menjadi pemicu kematian terbanyak ketiga setelah kecelakaan lalu lintas dan perkelahian.

Pestisida jadi alat bunuh diri terbanyak

Angka kematian akibat bunuh diri memang tercatat sangat tinggi.

Dalam sebuah riset yang diterbitkan WHO berjudul Preventing Suicide: a resource for pesticide registrars and regulators, menyebutkan, adanya peraturan yang membatasi penggunaan zat pestisida berbahaya mampu mengurangi tingkat bunuh diri nasional di beberapa negara.

Bahkan studi yang dilakukan di Sri Lanka menemukan, beberapa model pembatasan penggunaan zat pestisida dapat mengurangi tingkat bunuh diri hingga 70 persen di negara tersebut.

Dengan kata lain, capaian ini menujukkan terjadi pengurangan tingkat bunuh diri sekitar 93.000 orang selama kurun waktu tahun 1995 hingga 2015.

Baca juga: Polisi Ditemukan Tewas di Belakang Kantor, Diduga Bunuh Diri

Selain Sri Lanka, Korea Selatan juga menggemakan pembatasan yang sama. Pada medio 2000-an, pestisida jenis paraquat yang kerap digunakan untuk menghilangkan rumput atau tanaman mengganggu, menjadi penyebab kematian karena bunuh diri terbesar di negara itu.

Hal ini kemudian membuat pemerintah setempat mulai melarang penggunaan paraquat pada tahun 2011-2012. Usaha ini membuahkan hasil dengan berkurangnya tingkat bunuh diri dengan menggunakan pestisida hingga separuhnya pada tahun 2011 hingga 2013.

Untuk itu, WHO menyarankan, setiap negara melakukan pemantauan berkala d tingkat nasional. Namun dari 183 negara yang terdaftar menajdi anggota, hanya sekitar 80 negara saja yang memiliki data dan pantauan mengenai hal ini.

Pengawasan yang baik memungkinkan strategi pencegahan bunuh diri dapat dikelola lebih efektif.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

7 Sarapan Sehat untuk Penderita Asam Lambung, Tidak Bikin Perut Perih

7 Sarapan Sehat untuk Penderita Asam Lambung, Tidak Bikin Perut Perih

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 29-30 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 29-30 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Gaji Buruh Dipotong Tapera, Mulai Kapan? | Profil Rwanda, Negara Terbersih di Dunia

[POPULER TREN] Gaji Buruh Dipotong Tapera, Mulai Kapan? | Profil Rwanda, Negara Terbersih di Dunia

Tren
Jaga Kesehatan, Jemaah Haji Diimbau Umrah Wajib Pukul 22.00 atau 09.00

Jaga Kesehatan, Jemaah Haji Diimbau Umrah Wajib Pukul 22.00 atau 09.00

Tren
Sisa Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2024, Ada Berapa Tanggal Merah?

Sisa Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2024, Ada Berapa Tanggal Merah?

Tren
4 Tanda yang Menunjukkan Orangtua Psikopat, Apa Saja?

4 Tanda yang Menunjukkan Orangtua Psikopat, Apa Saja?

Tren
SIM Diganti NIK Mulai 2025, Kapan Masyarakat Harus Ganti Baru?

SIM Diganti NIK Mulai 2025, Kapan Masyarakat Harus Ganti Baru?

Tren
Dirjen Dikti: Rektor Harus Ajukan UKT 2024 dan IPI Tanpa Kenaikan

Dirjen Dikti: Rektor Harus Ajukan UKT 2024 dan IPI Tanpa Kenaikan

Tren
Warganet Sebut Pemakaian Kain Gurita Bayi Bisa Cegah Hernia, Benarkah?

Warganet Sebut Pemakaian Kain Gurita Bayi Bisa Cegah Hernia, Benarkah?

Tren
Saat Jokowi Sebut UKT Akan Naik Tahun Depan, tapi Prabowo Ingin Biaya Kuliah Turun

Saat Jokowi Sebut UKT Akan Naik Tahun Depan, tapi Prabowo Ingin Biaya Kuliah Turun

Tren
Bolehkah Polisi Hapus 2 Nama DPO Pembunuhan Vina yang Sudah Diputus Pengadilan?

Bolehkah Polisi Hapus 2 Nama DPO Pembunuhan Vina yang Sudah Diputus Pengadilan?

Tren
Kisah Nenek di Jepang, Beri Makan Gratis Ratusan Anak Selama Lebih dari 40 Tahun

Kisah Nenek di Jepang, Beri Makan Gratis Ratusan Anak Selama Lebih dari 40 Tahun

Tren
Ramai soal Uang Rupiah Diberi Tetesan Air untuk Menguji Keasliannya, Ini Kata BI

Ramai soal Uang Rupiah Diberi Tetesan Air untuk Menguji Keasliannya, Ini Kata BI

Tren
Benarkah Pegawai Kontrak yang Resign Dapat Uang Kompensasi?

Benarkah Pegawai Kontrak yang Resign Dapat Uang Kompensasi?

Tren
Peneliti Ungkap Hujan Deras Dapat Picu Gempa Bumi, Terjadi di Perancis dan Jepang

Peneliti Ungkap Hujan Deras Dapat Picu Gempa Bumi, Terjadi di Perancis dan Jepang

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com