KOMPAS.com - Kapal yang selesai dibuat, selanjutnya akan diluncurkan dan menjalani uji coba sebelum akhirnya resmi melaut.
Pada saat peluncuran kapal, ada tradisi yang mungkin belum lazim didengar sebagian orang, yakni pembaptisan kapal.
Lantas, kenapa kapal perlu dibaptis?
Baca juga: Geobukseon, Kapal Kura-Kura Legendaris Milik Korea
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pembaptisan adalah proses penyucian keagamaan, khususnya sebagai sakramen penerimaan seseorang ke dalam agama Kristen.
Pembaptisan kapal tentu mempunyai makna dan tujuan berbeda. Peluncuran kapal bisa dikatakan menandai lahirnya sebuah kapal.
Tradisi pembaptisan pada saat peluncuran kapal dilakukan untuk meminta perlindungan kepada sang ilahi agar kapal dan awaknya diberi keselamatan di laut.
Pembaptisan kapal muncul dari dorongan naluriah manusia, yang akan mencari perlindungan ilahi ketika dihadapkan pada kondisi di luar kendali mereka.
Sejarah pembaptisan kapal telah dilakukan sejak awal manusia mulai menjelajahi lautan.
Masyarakat Mesopotamia, Mesir, Yunani, dan Romawi Kuno, tercatat telah melakukan tradisi ini sejak ribuan tahun lalu.
Mereka mengadakan pembaptisan kapal untuk meminta perlindungan dari para dewa, mengingat luasnya samudra dan ketidakpastian yang dihadapi para pelaut.
Bagi masyarakat Yunani kuno, mereka meminta kemurahan hati kepada Poseidon, sedangkan masyarakat Romawi kuno kepada Neptunus, sang penguasa laut.
Meski zaman telah berubah, tradisi pembaptisan kapal masih dilestarikan oleh masyarakat di berbagai belahan dunia, hingga kini.
Baca juga: Tirpitz, Kapal Perang Terbesar Jerman Era Perang Dunia II
Proses atau ritual pembaptisan kapal terus mengalami perubahan dari waktu ke waktu.
Meski makna dan tujuan spiritualnya tetap sama, praktik yang dilakukan oleh masyarakat satu dengan yang lainnya pun dapat berbeda.
Sebuah catatan masyarakat Babilonia dari milenium ketiga sebelum Masehi menunjukkan bahwa saat peluncuran kapal, mereka mengorbankan lembu untuk dipersembahkan kepada para dewa.