Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Kapal Perlu Dibaptis?

Kompas.com - 10/01/2024, 12:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

KOMPAS.com - Kapal yang selesai dibuat, selanjutnya akan diluncurkan dan menjalani uji coba sebelum akhirnya resmi melaut.

Pada saat peluncuran kapal, ada tradisi yang mungkin belum lazim didengar sebagian orang, yakni pembaptisan kapal.

Lantas, kenapa kapal perlu dibaptis?

Baca juga: Geobukseon, Kapal Kura-Kura Legendaris Milik Korea

Apa itu pembaptisan kapal?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pembaptisan adalah proses penyucian keagamaan, khususnya sebagai sakramen penerimaan seseorang ke dalam agama Kristen.

Pembaptisan kapal tentu mempunyai makna dan tujuan berbeda. Peluncuran kapal bisa dikatakan menandai lahirnya sebuah kapal.

Tradisi pembaptisan pada saat peluncuran kapal dilakukan untuk meminta perlindungan kepada sang ilahi agar kapal dan awaknya diberi keselamatan di laut.

Pembaptisan kapal muncul dari dorongan naluriah manusia, yang akan mencari perlindungan ilahi ketika dihadapkan pada kondisi di luar kendali mereka.

Sejarah pembaptisan kapal telah dilakukan sejak awal manusia mulai menjelajahi lautan.

Masyarakat Mesopotamia, Mesir, Yunani, dan Romawi Kuno, tercatat telah melakukan tradisi ini sejak ribuan tahun lalu.

Mereka mengadakan pembaptisan kapal untuk meminta perlindungan dari para dewa, mengingat luasnya samudra dan ketidakpastian yang dihadapi para pelaut.

Bagi masyarakat Yunani kuno, mereka meminta kemurahan hati kepada Poseidon, sedangkan masyarakat Romawi kuno kepada Neptunus, sang penguasa laut.

Meski zaman telah berubah, tradisi pembaptisan kapal masih dilestarikan oleh masyarakat di berbagai belahan dunia, hingga kini.

Baca juga: Tirpitz, Kapal Perang Terbesar Jerman Era Perang Dunia II

Ritual pembaptisan kapal

Proses atau ritual pembaptisan kapal terus mengalami perubahan dari waktu ke waktu.

Meski makna dan tujuan spiritualnya tetap sama, praktik yang dilakukan oleh masyarakat satu dengan yang lainnya pun dapat berbeda.

Sebuah catatan masyarakat Babilonia dari milenium ketiga sebelum Masehi menunjukkan bahwa saat peluncuran kapal, mereka mengorbankan lembu untuk dipersembahkan kepada para dewa.

Sedangkan orang Yunani dan Romawi kuno melakukan pembaptisan dengan cara meminum anggur untuk menghormati para dewa dan menumpahkan air ke atas kapal sebagai simbol berkat.

Mereka juga membawa benda-benda keramat yang disucikan ke atas kapal untuk ditempatkan di atas geladak yang khusus digunakan untuk seremonial.

Ritual seperti ini masih berlanjut hingga Abad Pertengahan (500-1400).

Baca juga: Apakah Kisah Kapal Hantu The Flying Dutchman Itu Nyata?

Seiring waktu, ritual pembaptisan kapal dilakukan sesuai tradisi keagamaan masing-masing masyarakat.

Orang Yahudi dan Kristen pada umumnya menggunakan anggur dan air dalam ritual mereka untuk memohon perlindungan kepada Tuhan agar menjaga mereka di laut.

Umat Kristen biasanya juga meminta berkat dari pendeta dan gereja.

Di Kekaisaran Turki Ottoman, ritual peluncuran kapal disertai dengan doa kepada Allah SWT dan mengorbankan domba untuk dimakan bersama.

Konon, bangsa Viking mempersembahkan korban manusia dengan harapan menenangkan dewa-dewa yang marah di laut utara.

Pada sekitar tahun 1800-an, ritual pembaptisan kapal di beberapa negara mulai membentuk pola yang sama.

Umumnya, upacara pembaptisan dilakukan dengan memecahkan botol anggur atau sampanye ke haluan kapal, sebagai simbol penyucian.

Baca juga: Yamato, Kapal Perang Terbesar Era Perang Dunia II

Acara pembaptisan kapal juga menjadi acara publik yang disaksikan banyak orang, bahkan hingga ribuan jumlah penontonnya.

Nancy Reagan memecahkan botol sampanye pada saat meresmikan kapal induk bertenaga nuklir USS Ronald Reagan (CVN-76) pada 4 Maret 2001.Wikimedia Commons Nancy Reagan memecahkan botol sampanye pada saat meresmikan kapal induk bertenaga nuklir USS Ronald Reagan (CVN-76) pada 4 Maret 2001.
Tragedi kecelakaan atau insiden di lautan terkadang membuat pembaptisan kapal dikaitkan dengan takhayul.

Konon, kapal baru yang tidak diberi nama dan dibaptis dengan benar bisa membawa sial.

Pada saat ritual pembaptisan, botol sampanye yang tidak pecah saat dihantamkan ke kapal, diartikan sebagai pertanda buruk.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com