KOMPAS.com - Pada 7 Desember 1975, pasukan Indonesia menginvasi Timor Timur (sekarang Timor Leste) dalam serbuan yang dinamai Operasi Seroja.
Operasi Seroja dilancarkan sebagai respons atas tindakan Partai Fretilin yang mendeklarasikan kemerdekaan Republik Demokratik Timor Timur secara sepihak pada 28 November 1975.
Operasi Seroja, yang disebut sebagai operasi militer terbesar yang pernah dilakukan Indonesia karena melibatkan semua unsur angkatan bersenjata, mulai dari Angkatan Darat (AD), Angkatan Laut (AL), dan Angkatan Udara (AU), tidak luput dari campur tangan Amerika Serikat (AS).
Sebelum Operasi Seroja dijalankan, Soeharto, yang saat itu menjabat Presiden RI, bertemu dengan Presiden AS Gerald Ford dan Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Henry Kissinger.
Lantas, apa peran Henry Kissinger dalam invasi Indonesia ke Timor Timur?
Baca juga: Operasi Seroja: Latar Belakang, Pelaksanaan, dan Dampak
Henry Kissinger adalah politisi kelahiran Jerman yang pernah menjabat Menlu AS dan penasihat keamanan nasional di bawah pemerintahan Presiden Richard Nixon dan Gerald Ford.
Semasa menjabat Menlu AS antara 1973 hingga 1977, Kissinger dikenal sebagai diplomat yang terkemuka sekaligus kontroversial.
Ia merupakan salah satu arsitek kebijakan AS untuk mengalahkan pengaruh komunisme Uni Soviet selama Perang Dingin.
Popularitas Kissinger saat itu bahkan melampaui Presiden Richard Nixon, yang mengundurkan diri setelah Skandal Watergate, dan Presiden Gerald Ford yang menjabat mulai Agustus 1974.
Kissinger mendapatkan banyak penghargaan bergengsi, salah satunya hadiah Nobel Perdamaian.
Hadiah Nobel Perdamaian yang diteima Kissinger termasuk yang paling kontroversial.
Pasalnya, dua anggota komite nobel memilih mengundurkan diri setelah terpilihnya Kissinger.
Baca juga: Henry Kissinger, Sosok Kontroversial Mantan Penasihat Presiden RI
Tidak jarang, Kissinger mengambil tindakan yang berisiko menimbulkan korban jiwa, terutama dalam mengintervensi konflik di berbagai negara di dunia.
Kissinger dikaitkan dengan penggulingan pemerintahan di sejumlah negara dan pengemboman wilayah yang mengakibatkan jatuhnya jutaan korban jiwa.