Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Kearifan Multidimensional Dewa Ruci

Kompas.com - 26/11/2023, 16:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SANG mahapujangga Jawa, Yosodipuro mewariskan kakawin Serat Dewa Ruci yang disampaikan dalam bentuk macapat selaras rumusan tembang dalam bahasa Kawi, Sansekerta dan Jawa Kuna.

Episoda Dewa Ruci memang khas Jawa sebab tidak hadir di Mahabharata.

Kearifan kisah Dewa Ruci secara multidimensional terbuka untuk ditafsirkan ke atau dari berbagai arah, sudut, penjuru maupun tujuan.

Satu di antara sekian banyak tafsir adalah kisah Bima mencari sumber air kehidupan di dalam kisah Dewa Ruci melambangkan bagaimana manusia harus menjalani perjalanan batin guna menemukan identitas dirinya.

Pencarian sangkan paraning dumadi dalam perjalanan hidup menuju manunggaling kawula Gusti.

Dalam kisah ini termuat amanat ajaran konsepsi manusia, konsepsi Tuhan, dan bagaimana konsepsi manusia kembali menuju Tuhannya.

Konsepsi Tuhan disebutkan sebagai Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Hidup dan Yang Menghidupkan, Mahatahu dan Mahabesar yang tidak dapat dilukiskan dengan sekadar kata-kata.

Jalan menuju Tuhan yang ditempuh oleh Bima dalam menuju manusia sempurna disebutkan melalui empat tahap yang di dalam kebudayaan Jawa disebut sebagai sembah raga, sembah cipta, sembah jiwa, dan sembah rasa.

Kesadaran atas makrokosmos dan mikrokosmos yang tersirat dan tersurat di dalam kisah pertemuan antara Bima yang besar raga dengan Dewa Ruci yang kecil raga sebagai kemanunggalan makrokosmos = jagad gede dengan mikrokosmos = jagad cilik di alam semesta ini.

Penafsiran makrokosmos dan mikrokosmos dalam lakon Dewa Ruci seiring sejalan arah tujuan dengan pemikiran para pemikir Neoplatonisme yang dipelopori Plotinus (204-70 SM).

Neoplatonisme merupakan rangkaian terakhir dari fase Helenisme Romawi, yaitu suatu fase pengulangan ajaran Yunani terdahulu. Jadi aliran ini masih berkisar pada filsafat Yunani, yang teramu dalam mistik tasawuf dan berbagai aliran lain yang mendukung.

Di dalam pemikiran neoplatonisme terdapat unsur-unsur pemikiran Platon, Phytagoras, Aristoteles, Stoika, dan mistik tasawuf, sebagai pertemuan antara unsur-unsur kemanusiaan, ilmu pengetahuan, mistik, dan metafisika.

Pemikiran neoplatonisme dari Yunani dan kisah Dewa Ruci dari Jawa searah dalam beranggapan bahwa pada hakikatnya jagad gede dan jagad cilik merupakan suatu kesatuan alam semesta di mana segenap unsur di dalamnya memiliki peran masing-masing secara saling setara penting tanpa ada yang inferior atau superior ketimbang satu yang lain-lainnya.

Secara subyektif saya pribadi menganggap kearifan Dewa Ruci merupakan perpaduan sinergis antara astronomi yang mempelajari makrokosmos alam semesta infinitas tak terhingga maksimal besarnya dengan teori kuantum yang mempelajati mikrokosmos alam semesta yang juga tak terhingga minimal kecilnya.

Pada hakikatnya getaran kearifan Dewa Ruci searah-setujuan serta seirama-senada dengan sukma inti-dasar pemikiran spekulatif Albert Einstein mengenai kenisbian, Jean Paul Sartre mengenai eksistensi, Kurt Goedel mengenai ketidak-lengkapan logika yang kerap menelan diri sendiri, multidimensi teori dawai maupun supra-dawai serta terutama Ludwig Wittgenstein mengenai batas daya bahasa sebagai ambang batas kesadaran yang justru melalui kerendahan hati mempersatukan unsur subyektifitas dengan obyektifitas di jagad raya sekaligus jagad cilik ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com