KOMPAS.com - Kerajaan Pajang merupakan kerajaan Islam di Jawa Tengah yang didirikan setelah runtuhnya Kerajaan Demak.
Pendiri Kerajaan Pajang adalah Jaka Tingkir atau Sultan Hadiwijaya, menantu dari Sultan Trenggono, raja ketiga Kerajaan Demak.
Letak Kerajaan Pajang diperkirakan berada di daerah yang saat ini masuk dalam Kelurahan Pajang, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta, dan Desa Makamhaji, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
Kerajaan Pajang runtuh bersamaan dengan meninggalnya Sultan Hadiwijaya pada 1582. Keruntuhan Kerajaan Pajang disebabkan oleh perebutan takhta.
Apa saja peninggalan dari Kerajaan Pajang?
Baca juga: Kerajaan Pajang: Pendiri, Raja-raja, Kemunduran, dan Peninggalan
Melansir situs resmi Pemerintah Kota Surakarta, Masjid Laweyan peninggalan Kerajaan Pajang adalah masjid tertua di Kota Solo.
Di kalangan masyarakat Solo, masjid ini juga kerap disebut sebagai Masjid Ki Ageng Henis.
Ki Ageng Henis adalah salah satu penasihat Kerajaan Pajang pada masa Sultan Hadiwijaya.
Masjid Laweyan yang terletak di Jalan Liris I, Kelurahan Pajang, Kecamatan Laweyan, Kota Solo, masih terawat dan digunakan untuk beribadah hingga kini.
Salah satu peninggalan yang menjadi saksi kebesaran Kerajaan Pajang adalah Pasar Laweyan, yang sekarang menjadi Kampung Batik Laweyan.
Dulunya, Pasar Laweyan merupakan pusat kegiatan perdagangan masyarakat Kerajaan Pajang.
Saat itu, daerah ini sudah menjadi pusat pengembangan seni batik, yang dipelopori oleh Kiai Ageng Henis.
Hingga kini, Laweyan masih eksis sebagai sentra utama perdagangan batik di Kota Solo.
Baca juga: Jaka Tingkir, Pendiri dan Raja Terhebat Kerajaan Pajang
Terdapat dua kompleks pemakaman yang diyakini sebagai peristirahatan terakhir bagi Sultan Hadiwijaya, yakni Kompleks Makam Raja-Raja Mataram Islam di Kotagede, Yogyakarta, dan kompleks pemakaman di Dusun Butuh, Gedongan, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.
Konon, Sultan Hadiwijaya awalnya memang dimakamkan di Sragen, tetapi kemudian dipindahkan oleh Panembahan Senopati ke Kotagede.