Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Percaya Tanpa Bisa Membuktikan

Kompas.com - 11/08/2023, 05:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

TEMAN-teman yang kebetulan atheis gemar menertawakan saya percaya Tuhan ada, namun tidak mampu membuktikan bahwa Tuhan ada.

Para teman atheis itu sama sekali tidak keliru sebab saya juga percaya, namun tidak mampu membuktikan bahwa kecepatan cahaya konon adalah 299.792.458 meter per detik (kira-kira 3,00×108 meter per detik) dengan panjang meter didefinisikan konon berdasar konstanta standar waktu internasional.

Saya percaya bahwa Matahari adalah bintang di pusat tata surya berbentuk nyaris bulat dan terdiri dari plasma panas bercampur medan magnet berdiameter sekitar 1.392.684 km dengan massa sekitar 2×1030 kilogram, 330.000 kali massa planet Bumi mewakili kurang lebih 99,86 persen massa total tata surya, namun saya tidak bisa membuktikan bahwa segenap ukuran itu benar adanya.

Saya juga percaya bahwa ukuran quark konon lebih kecil ketimbang partikel, namun tidak mampu membuktikan kebenaran maupun ketidak-benaran apa yang saya percaya tersebut.

Saya juga percaya akan mampu bertahan satu ronde melawan Mike Tyson asal kedua tangan beliau diikat ke belakang punggung dan kedua matanya ditutup serbet hitam, namun saya tidak berani membuktikannya pada kenyataan adu jotos melawan petinju legendaris di ring tinju.

Syukur Alhamdullilah, ternyata saya tidak sendirian dalam hal percaya tanpa mampu membuktikan.

Tak kurang dari Sang Maha Dewa Atheisme, Prof Richard Dawkins sendiri ternyata juga percaya tanpa mampu membuktikan dengan menyatakan sebagai berikut:

It is an established fact that all of life in this planet is shaped by Darwinian natural selection, which also endows it with overwhelming illusion of “design”. I believe but cannot prove, that the same is true all over the universe., wherever life may exist. I believe that all intelligence, all creativity, and all design, anywhere in the universe, is the direct or indirect of cumulative process equivalent to what we here call Darwinian natural selections. It follows that design comes late in the universe, after a period of Darwinian evolution. Design can not precede evolution and therefore cannot underlie the universe.”

Pernyataan filosofos sekaligus kosmologis Dawkins dalam bahasa Inggris kelas langitan maka sulit diterjemahkan secara sempurna ke dalam bahasa Indonesia.

Maka mohon dimaafkan bahwa saya mencoba mengalih-bahasakan sesumbar Dawkins ke dalam bahasa Indonesia yang tentu saja mustahil sempurna sebagai berikut:

“Adalah fakta yang sudah terbakukan bahwa segenap kehidupan di planet bumi terbentuk oleh Darwinian seleksi natural yang juga dihadirkan dengan ilusi dahsyat tentang “desain”. Saya percaya tetapi tidak bisa membuktikan bahwa hal yang sama juga terjadi di alam semesta, di mana kehidupan mungkin eksis. Saya percaya bahwa segenap kecerdasan segenap kreatifitas dan segenap desain di alam semesta merupakan proses komulatif langsung maupun tidak langsung terhadap apa yang kita sebut sebagai Darwinian seleksi natural. Pada hakikatnya desain menyusul hadir di alam semesta setelah perioda Darwinian evolusi. Desain mustahil mendahului evolusi maka mustahil mengabaikan betapa dahsyat keakbaran alam semesta”.

Bagi saya yang terpenting adalah seorang tokoh ultra atheis sejati seperti Prof Richard Dawkins sebagai anggota terhormat paguyuban terhormat Royal Society di mana tak kurang dari seorang Isaac Newton sempat bergabung, ternyata juga entah sengaja atau tidak sengaja mengakui bahwa dirinya juga percaya tanpa mampu membuktikan apa yang beliau percaya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com