KOMPAS.com - Preanger Stelsel dalah sistem penanaman kopi yang diterapkan di daerah Priangan, Jawa Barat.
Preanger Stelsel dibuat oleh VOC (Verenigde Oost-Indische Compagnie) dan dibebankan kepada rakyat Priangan mulai awal abad ke-18.
Sistem ini sangat menguntungkan bagi Belanda, bahkan menjadi sistem eksploitasi kolonial yang dipertahankan sejak zaman VOC hingga masa liberal di Indonesia.
Baca juga: Perbedaan Land Rent System dengan Cultuurstelsel
Preanger Stelsel (Sistem Priangan) adalah kewajiban menanam kopi di Priangan pada masa penjajahan Belanda, yang diinisiasi oleh VOC.
Priangan adalah wilayah geobudaya di Jawa Barat yang saat ini mencakup area Bandung, Subang, Garut, Purwakarta, Sumedang, Ciamis, Tasikmalaya, Kuningan, Majalengka, Pangandaran, Cianjur, dan Sukabumi.
Baca juga: Jenis Tanaman yang Menjadi Fokus Sistem Tanam Paksa
Pada akhir abad ke-17, VOC telah menguasai seluruh wilayah Priangan, dengan melakukan pengawasan melalui Pangeran Aria Cirebon sebagai pengawas seluruh bupati di Priangan.
Saat itu, kopi merupakan barang berharga uang karena menjadi salah satu primadona di kalangan masyarakat Eropa.
Melihat permintaan kopi di pasar dunia terus meningkat, VOC tidak puas dengan hanya menjadi pedagang, terlebih harus bersaing dengan para pedagang Turki.
VOC ingin menghasilkan kopi sendiri, dalam upaya menghadapi persaingan dengan pedagang Turki.
Pada 1696, Gubernur Jenderal Joan van Hoorn membawa biji kopi yang ia dapat dari mertuanya di India, ke Indonesia.
Hoorn menanam biji kopi tersebut di kebun miliknya yang terletak di Batavia (Jakarta) dan Cirebon.
Keberhasilan eksperimen Hoorn dalam menanam kopi itulah yang memunculkan ide untuk memproduksi kopi di Jawa Barat, sehingga tercetus Preanger Stelsel.
Baca juga: Land Rent System: Pengertian, Pencetus, dan Pelaksanaannya
Preanger Stelsel pertama kali diterapkan pada awal abad ke-18.
Kopi, yang merupakan tanaman wajib utama, mulai ditanam dalam jumlah besar pada 1707 di sekitar Batavia dan Cirebon.
Namun, hasil penanaman di daerah tersebut ternyata kurang memuaskan, karena kopi memerlukan dataran tinggi.