Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sam Poo Kong: Sejarah Awal Berdiri hingga Masa Kini

Kompas.com - 29/05/2023, 21:00 WIB
Susanto Jumaidi,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Sam Poo Kong merupakan sebuah kawasan wisata religi peribadatan umat Konghucu yang terletak di Kelurahan Bongsari, Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang.

Daya tarik yang ditawarkan kawasan ini adalah arsitektur khas Tiongkok yang melekat pada setiap sudut bangunannya.

Bukan bangunan biasa, ada nilai historis yang panjang di balik Sam Poo Kong Semarang.

Kawasan Sam Poo Kong dulunya merupakan salah satu lokasi peristirahatan rombongan Laksamana Cheng Ho kala berlayar melintasi Pulau Jawa, enam abad silam.

Berikut kisah di balik berdirinya kawasan wisata Kelenteng Agung Sam Poo Kong.

Baca juga: Cheng Ho, Laksamana Muslim yang Berpengaruh di Indonesia

Berawal dari Pelayaran Cheng Ho

Pada abad ke-15 Masehi, Laksamana Cheng Ho mendapat perintah dari Dinasti Ming (1368-1644) di bawah Kaisar Yongle untuk melakukan pelayaran dalam misi perdamaian dan diplomatik.

Pelayaran pertamanya dilakukan pada 1405. Tujuan pelayaran ini di antaranya adalah Malaka, Sumatera, dan Pulau Jawa.

Banyak kota di Indonesia yang disinggahi oleh Cheng Ho. Salah satunya adalah Kota Semarang, Jawa Tengah.

Jangkar milik salah satu kapal armada Cheng Ho yang disimpan di Klenteng Kyai Jangkar Sam Poo KongSusanto Juamaidi/Kompas.com Jangkar milik salah satu kapal armada Cheng Ho yang disimpan di Klenteng Kyai Jangkar Sam Poo Kong

Tidak ditemukan tanggal pasti armada cheng Ho mendatangi Kota Semarang, tetapi ahli sejarah meyakini ia tiba dpada abad ke-15.

Baca juga: Pengaruh Cheng Ho dalam Penyebaran Islam di Nusantara

Kedatangan Cheng Ho di Semarang, khususnya di kawasan Gedong Batu Simongan (Sam Poo Kong) kala itu, dalam ihwal istirahat dan mengobati juru mudinya yang bernama Wang Jing Hong.

“Mereka beristirahat di Gua Batu. Selama persinggahannya, mereka mengajari pribumi sekitar cara bercocok tanam. Tidak lama kemudian, mereka berlayar lagi dan Wang Jing Hong tetap tinggal di sini (Simongan),” terang Candra, Ketua Yayasan Sam Poo Kong, saat dijumpai Kompas.com pada 19 Mei 2023 lalu.

Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa Cheng Ho juga melakukan upaya islamisasi, sebagaimana diungkap Yuanzhi dalam buku Muslim Tionghoa Cheng Ho: Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara.

Untuk mengenang perjalanan Cheng Ho di Semarang, sang juru mudi yang memilih tinggal di Gedong Batu, kemudian mendirikan sebuah patung di dalam goa peristirahatan.

Baca juga: Masjid Muhammad Cheng Hoo Surabaya, Wujud Akulturasi Arab dan Tionghoa

Dari goa menjadi kelenteng

Sang juru mudi yang memilih tinggal di kawasan Gedong Batu, mulai beradaptasi dengan masyarakat sekitar.

Menurut penuturan Candra, sebelum dibangun sebuah kelenteng, goa tempat peristirahatan armada Cheng Ho itu telah digunakan sebagai tempat sembahyang umat Konghucu.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com