Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makam Keramat di Lasem dan Sekelumit Kisah Kutukan Marga Han

Kompas.com - 21/05/2023, 14:00 WIB
Susanto Jumaidi,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Di Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, ada sebuah makam yang amat dikenal dengan kisah mistisnya sejak berabad-abad silam.

Makam yang terletak tepat di Desa Babagan ini memiliki nisan berwarna putih dengan aksara China berwarna hitam. Di nisannya tertulis sebuah nama: Han Du Chun.

Keberadaan makam tersebut juga diiringi beredarnya kisah sebuah kutukan yang ditujukan kepada anak dan keturunan si orang yang dimakamkan.

Kabarnya, bila anak keturunanya tinggal di Lasem, maka mereka akan menerima kesialan. Misalnya jika ia laki-laki, maka akan bangkrut bisnisnya. Bila perempuan, maka tidak akan ada keturunan.

Mengerikannya kutukan bagi keturunan Han, membuat tidak ada anak turunnya yang berani menetap di Lasem, bahkan sekedar lewat saja mereka tak mau.

Baca juga: Legenda Nenek Luhu yang Suka Menculik Anak di Maluku

Kutukan Marga Han

Menurut tradisi lisan yang beredar, Han Du Chun yang lebih akrab dikenal dengan Han Wee Sing, dulunya adalah seorang saudagar kaya.

Ia dikenal sebagai pekerja keras, ramah kepada sekitarnya, tidak suka berjudi atau membeli candu, dan suuka membantu orang-orang yang membutuhkan.

Han memiliki dua orang putra. Anak tertua bernama Han Te Su dan adiknya bernama Han Te Ngo. Mereka hidup bersama di Lasem.

Kecakapan karakter seorang Han Du Chu, nyatanya berbanding terbalik dengan kedua anaknya yang gemar sekali beradu di meja judi.

Kebiasaan buruk ini menjadi faktor kebangkrutan usaha Han Du Chu di kemduian harinya.

Di tengah kebangkrutannya tersebut, kesehatan Han Du Chu juga berangsur turun, dan pada akhirnya meninggal tanpa harta.

Baca juga: Kisah Kesenian Reog yang Digunakan untuk Mengkritik Raja Majapahit

Saking bangkrutnya Han kala itu, sekadar menggelar prosesi pemakaman pun tidak mampu. Orang-orang yang mengingat kebaikan Han kala hidup, akhirnya memberi sumbangan untuk pemakaman.

Namun, candu judi anak-anaknya tidak mereda meskipun telah dilanda kemiskinan. Uang sumbangan pemakaman pun masih disikatnya.

Setelah sekian hari jenazah Han tidak dikuburkan, suatu hari kedua anaknya berniat mengubur Han dengan dibungkus apa adanya.

Dalam perjalanan mengantar jenazah ke lokasi pemakaman, tiba-tiba langit diselimuti awan hitam. Seketika juga petir tak henti-hentinya menyambar.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com