KOMPAS.com - Candi Dukuh terletak di Desa Rowoboni, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Masyarakat sekitar menyebutnya Candi Brawijaya karena diyakini pernah menjadi tempat pelarian Raja Majapahit, Prabu Brawijaya V pada akhir abad ke-15.
Berikut sejarah Candi Dukuh di Banyubiru.
Baca juga: Candi Gedong Songo: Sejarah, Fungsi, dan Kompleks Bangunan
Pada saat ditemukan, keadaan Candi Dukuh hanya tersisa reruntuhan saja.
Kini, bangunan candi telah dipugar dan menampakkan bentuk batur serta dinding, tetapi tanpa atap.
Pada bagian batur, terdapat tangga dengan bagian pipi tangga dibiarkan polos tanpa relief.
Sedangkan pada bagian bawah tangga terdapat pahatan seperti ular yang melilit, dan di tepi bangunannya ada antefiks berhias.
Baca juga: Sejarah Candi Bacem di Blitar
Selain bebatuan candi, terdapat temuan lepas berupa lingga-yoni, empat umpak (penyangga tiang pada bangunan), dan sejumlah peripih sebagai wujud persembahan dan pengharapan kepada dewa.
Beberapa peripih lempengan emas yang ditemukan BPCB Jawa Tengah saat mengadakan pemugaran pada 2011 tersebut memiliki pahatan.
Tiga di antaranya menunjukkan pahatan gambar gajah yang merupakan tunggangan Dewa Indra, gambar fajra (seperti mata tombak) yang juga diketahui sebagai atribut Dewa Indra, dan bunga padma (atribut Dewa Wisnu) serta gambar bulan sabit (melambangkan Dewa Siwa).
Berdasarkan temuan-temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa Candi Dukuh bercorak agama Hindu.
Akan tetapi, tidak diketahui siapa yang mendirikan candi ini dan kapan tahun pembangunannya.
Berdasarkan konstruksinya, Candi Dukuh serupa dengan Candi Gedong Songo di Semarang yang dibangun pada abad ke-9.
Baca juga: Sejarah Candi Selogriyo di Magelang
Candi Dukuh berlokasi di atas perbukitan yang berada di pinggir Rawa Pening.
Konon pada zaman dulu, candi ini pernah menjadi tempat pelarian Prabu Brawijaya V dari Kerajaan Majapahit.