Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pulau Nusa Barung Dibumihanguskan, Tak Berpenghuni hingga Kini

Kompas.com - 09/03/2023, 17:00 WIB
Susanto Jumaidi,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Terlaksananya Ekpedisi Militer Belanda ke Nusa Barung atau Nusa Barong pada 1777 menjadi tanda bahwa pulau itu telah dikuasai Belanda secara penuh.

Penguasaan pulau ini tidak selamanya menjadi kawasan ekonomi Belanda. Sebab, berselang beberapa bulan ke depan, kawasan ini akan dibumihanguskan oleh Belanda.

Wacana membungihanguskan Nusa Barung muncul lantaran Belanda kecewa setelah hasil kelola potensi pulau ini tidak sesuai impian awalnya.

Pada mulanya, Belanda beranggapan pulau Nusa Barung merupakan objek penting bagi pengembangan perekonomian kolonial pada masa itu.

Pada masa itu, Pulau Nusa Barung memang menjadi kawasan perdagangan dan memiliki potensi sarang walet yang melimpah.

Namun, setelah Belanda benar-benar menguasai kawasan tersebut, mereka tidak lagi menemukan kejayaan potensi ekonomi di Nusa Barung.

Baca juga: Sejarah di Balik Keindahan Pulau Nusa Barung yang Tak Berpenghuni

Pasca-ekspedisi Militer

Sebagai langkah awal, ketika berhasil menguasai Nusa Barung, Belanda mencari cara mendapatkan keuntungan dari potensi sarang walet yang melimpah di pulau itu.

Upaya itu direalisasikan melalui kebijakan hak pengelolaan sarang walet oleh para pengusaha Cina, yaitu Han Bwe Kong dan Han Tik Kong.

Kedua pengusaha cina itu menerima dengan baik tawaran tersebut. Kemudian, dibagilah hak kelola wilayah.

Han Bwe Kong oleh Belanda diberi hak wilayah kelola sarang burung walet yang ada di pulau Nusa Barong.

Adapun Han Tik Kong diberikan hak kuasa wilayah mengelola sarang walet yang terdapat di wilayah sebelah barat Blambangan.

Untuk semakin memperlancar upaya pemanenan sarang burung walet, penguasa Belanda menerapkan strategi kerja sama dengan penguasa lokal yang mendiami wilayah tersebut.

Penguasa lokal yang telah kehilangan kekuatan untuk mengelola sarang walet di daerah itu diminta oleh Belanda untuk mengerahkan anak buahnya membantu mengumpulkan sarang walet.

Baca juga: Mengintip Sarang Walet yang Harganya Tembus Jutaan Rupiah

Sebagai imbalannya, para penguasa lokal yang telah kehilangan hak kelola sarang walet ini akan tetap diberi bagian.

Kebijakan yang diterapkan Belanda ini berjalan dengan lancar dari bulan ke bulan, tetapi tidak memenuhi target keuntungannya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com