Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prasasti Saruaso I, Prasasti yang Ditinggalkan Adityawarman

Kompas.com - 06/03/2023, 11:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Prasasti Saruaso I adalah salah satu prasasti yang ditinggalkan oleh Adityawarman, Raja Kerajaan Melayu.

Prasasti Saruaso I disebut juga dengan Prasasti Batu Bapahek.

Prasasti ini dinamakan sebagai Prasasti Saruaso karena pada manuskripnya tertulis kata Sri Surawasa, yang merupakan asal kata dari nama nagari Suruaso (sekarang wilayah Kabupaten Tanah Datar).

Baca juga: Prasasti Batu Kura-Kura, Bukti Kedudukan Raja Adityawarman

Asal-usul

Batu Prasasti Saruaso I ini terletak di Kampung Raja Nagari Saruaso Barat.

Prasasti ini berangka 1297 Saka atau 1375 M. Prasasti Saruaso I ditulis menggunakan aksara Melayu, tulisan Hindu Buddha Jawa Kuno.

Sayangnya, inti tulisan yang tertera pada prasasti ini tidak semuanya dapat terbaca dengan jelas, sehingga cukup sulit untuk menafsirkannya.

Saat ini, Prasasti Saruaso I sudah dijadikan situs Cagar Budaya yang dikelola oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Batusangkar wilayah Provinsi Sumbar, Riau, dan Kepulauan Riau.

Teks

Menurut hasil penelitian, isi Prasasti Saruaso I adalah:

subhamastu //o// bhuh kar??e nava-darçaçane Saka gate Je??he çaçi Manggale / sukle ?a??ithir n?pottamagu?air [r] ?dittyavarmman?pa? / k?ettrajña? racito Viçesadhara??n?mn? sur?v?çav?n h?ç?no n?pa ?sanottamasad? kh?dyam pivan nissabh? // pu?pako?isah?çr?ni / te???gandham p?thak-p?tak / ?dittyavarmmabh?p?la- / homagandho samo bhavet //

Secara garis besar, arti dari teks tersebut adalah Adityawarman pada masa kepemimpinannya telah berhasil menyelesaikan pembangunan selokan untuk mengairi Taman Nandana Sri Surawasa yang kaya akan padi.

Melalui pembangunan saluran irigasi ini Adityawarman menunjukkan kepeduliannya terhadap rakyat Kerajaan Melayu.

Adityawarman ingin kehidupan perekonomian rakyatnya tidak hanya bergantung dengan hasil hutan dan tambang, tetapi juga pada padi.

 

Referensi:

  • Kurnia, Febby Eka dan Roberto Monanda. (2015). Folklor Minangkabau: Mitos Batu-batu dan Cerita Rakyat di Luhak Nan Tuo. Padang: Suri.
  • Kozok, Ulo. (2016). 14th Century Malay Code of Laws. Flipside Digital Content Company.
  • Istiawan, Budi. (2006). Selintas Prasasti dari Melayu Kuno. Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Batusangkar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com