Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembangunan pada Masa Pemerintahan Raja Airlangga di Kahuripan

Kompas.com - 28/07/2022, 18:07 WIB
Tri Indriawati

Penulis

KOMPAS.com - Raja Airlangga dari Kerajaan Kahuripan dikenal sebagai pemimpin yang bijaksana dan sangat memikirkan kesejahteraan rakyatnya.

Salah satu langkah yang dilakukan Raja Airlangga untuk menyejahterakan rakyatnya adalah melalui pembangunan.

Berikut ini pembangunan pada masa pemerintahan Raja Airlangga di Kahuripan:

  • Pembangunan Sri Wijaya Asrama (1036).
  • Pembangunan Bendungan Waringin Sapta (1037) untuk mencegah banjir musiman.
  • Perbaikan Pelabuhan Hujung Galuh di muara Sungai Brantas.
  • Pembangunan jalan-jalan yang menghubungkan daerah pesisir ke pusat kerajaan.
  • Peresmian pertapaan Gunung Pucangan (1041).
  • Pemindahan ibu kota kerajaan dari Kahuripan ke Daha.

Namun, sebelum memulai semua pembangunan tersebut, Raja Airlangga telah melalui banyak konflik dan perang hingga berhasil mendirikan Kerajaan Kahuripan yang damai.

Baca juga: Kerajaan Kahuripan: Sejarah, Raja, Keruntuhan, dan Peninggalan

Berdirinya Kerajaan Kahuripan

Sejarah Kerajaan Kahuripan dimulai dari runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno atau Kerajaan Medang di Jawa Timur akibat serangan Raja Wurawari dari Lwaram pada 1016 Masehi.

Raja Kerajaan Medang, Dharmawangsa Teguh, tewas dalam pertempuran melawan Raja Wurawari yang mendapatkan dukungan dari Sriwijaya.

Bukan hanya itu, serangan Raja Wurawari juga menewaskan banyak pembesar Kerajaan Medang. Namun, Airlangga yang merupakan keponakan sekaligus menantu Raja Dharmawangsa Teguh, berhasil melarikan diri ke dalam hutan.

Airlangga kemudian tinggal di hutan bersama abdi setianya, Narottama. Ia juga berteman dengan para pertama di hutan.

Setelah tiga tahun bersembunyi di hutan, Airlangga kemudian berniat melanjutkan takhta Kerajaan Medang atas permintaan pendeta Siwa, Buddha, dan Mahabrahmana yang datang menemuinya.

Namun, lantaran Medang sudah hancur, Airlangga pun membangun kerajaan baru di Watan Mas pada 1023 Masehi.

Airlangga kemudian dinobatkan sebagai raja dengan gelar Sri Maharaja Rakai Halu Sri Dharmawangsa Airlangga Anantawikramatunggadewa.

Pada 1025 Masehi, pengaruh Kerajaan Sriwijaya di Jawa mulai menghilang, sehingga Airlangga bisa memperluas wilayahnya.

Namun, pada 1032 Masehi, Airlangga terpaksa memindahkan pusat pemerintahan kerajaannya karena istana di Watan Mas dihancurkan oleh seorang raja wanita dari Tulungagung.

Airlangga pun melarikan diri ke Desa Patakan ditemani Mapanji Tumanggala.

Pelarian Airlangga dari Watan Mas ke Desa Patakan diketahui melalui Prasasti Terep yang berangka tahun 1032 Masehi.

Baca juga: Akulturasi Budaya India dan Indonesia di Bidang Bahasa

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com