KOMPAS.com - Candi Borobudur adalah salah satu warisan budaya Indonesia yang terletak di Magelang, Jawa Tengah.
Dengan ketinggian mencapai 35 meter dengan luas 15.000 meter persegi, Candi Borobudur merupakan monumen Buddha terbesar di dunia.
Candi Borobudur dibangun untuk tempat suci umat Buddha sekaligus sebagai tempat ziarah yang menuntun manusia dari nafsu duniawi menuju pencerahan dan kebijaksanaan sesuai ajaran Buddha.
Kendati demikian, terkait asal-usulnya, ada yang menyebutkan bahwa Candi Borobudur merupakan warisan Nabi Sulaiman.
Lantas, apa benar Candi Borobudur adalah peninggalan Nabi Sulaiman?
Baca juga: Candi Borobudur: Sejarah, Relief, dan Mitos Kunto Bimo
Teori yang menyatakan Candi Borobudur adalah peninggalan Nabi Sulaiman menuai banyak pro dan kontra.
Salah satu tokoh yang mendukung pendapat bahwa Candi Borobudur merupakan peninggalan Nabi Sulaiman adalah matematikawan dan pedakwah Islam, KH Fahmi Basya.
Bahkan ada sejumlah bukti yang dijabarkan dan dijadikan alasan di balik teori Candi Borobudur merupakan peninggalan Nabi Sulaiman.
Berikut ini teori-teori yang mendukung pernyataan tersebut.
Dalam kisah Nabi Sulaiman, ada Tamatsil, yaitu patung atau relief yang dibangun oleh jin.
Konon, patung dan relief ini masih ada sampai sekarang dan bisa dilihat di dinding Candi Borobudur.
Berdasarkan cerita, patung itu belum tuntas diselesaikan yang disebut Unfinished Solomon, yang kisahnya tertuang dalam Al Quran surat Saba ayat 14.
Baca juga: Siapakah Arsitek Candi Borobudur?
Teori kedua dilatarbelakangi oleh kisah bahwa Nabi Sulaiman diberi mukjizat untuk bisa berbicara dengan burung.
Konon, reliefnya ada pada Candi Borobudur dan juga terkandung dalam Al Quran surat An-Naml ayat 20-22.
Ada pula relief di Candi Borobudur yang menggambarkan tabut atau peti yang berisi warisan Nabi Daud kepada Nabi Sulaiman.