Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pidato Lengkap Soekarno yang Jadi Cikal Bakal Pancasila

Kompas.com - 06/05/2022, 12:00 WIB
Lukman Hadi Subroto,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sejak dibentuk pada akhir April 1945, Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau BPUPKI melaksanakan sidang sebanyak dua kali.

Pada sidang BPUPKI 1 Juni 1945, Ir. Soekarno menyampaikan pidato. Pidato Ir. Soekarno itu selanjutnya menandai lahirnya dasar negara kita, yaitu Pancasila.

Hari lahirnya Pancasila pun kemudian ditetapkan pada setiap tanggal 1 Juni.

Istilah Pancasila merupakan kata yang digunakan oleh Soekarno dalam pidatonya di sidang BPUPKI kala itu.

Ada lima butir konsep yang ditawarkan Bung Karno saat itu, yakni kebangsaan Indonesia, internasionalisme atau perikemanusiaan, mufakat atau demokrasi, kesejahteraan sosial, dan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Baca juga: Sejarah Perumusan Pancasila

Pidato lengkap Soekarno

Berikut adalah isi pidato yang disampaikan Ir. Soekarno pada 1 Juni 1945 dalam sidang BPUPKI yang menjadi cikal bakal Pancasila.

Paduka tuan Ketua yang mulia!

Sesudah tiga hari berturut-turut anggota-anggota Dokuritu Zyunbi Tyoosakai mengeluarkan pendapat-pendapatnya, maka sekarang saya mendapat kehormatan dari Paduka tuan Ketua yang mulia untuk mengemukakan pula pendapat saya.

Saya akan menetapi permintaan Paduka tuan Ketua yang mulia. Apakah permintaan Paduka tuan ketua yang mulia?

Paduka tuan Ketua yang mulia minta kepada sidang Dokuritu Zyunbi Tyoosakai untuk mengemukakan dasar Indonesia Merdeka. Dasar inilah nanti akan saya kemukakan di dalam pidato saya ini.

Ma’af, beribu ma’af! Banyak anggota telah berpidato, dan dalam pidato mereka itu diutarakan hal-hal yang sebenarnya bukan permintaan Paduka tuan Ketua yang mulia, yaitu bukan dasarnya Indonesia Merdeka.

Menurut anggapan saya, yang diminta oleh Paduka tuan ketua yang mulia ialah, dalam bahasa Belanda: “Philosofische grondslag” dari pada Indonesia merdeka.

Philosofische grondslag itulah pundamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa, hasrat yang sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung Indonesia Merdeka yang kekal dan abadi.

Hal ini nanti akan saya kemukakan, Paduka tuan Ketua yang mulia, tetapi lebih dahulu izinkanlah saya membicarakan, memberi tahukan kepada tuan-tuan sekalian, apakah yang saya artikan dengan perkataan ,,merdeka”.

Merdeka buat saya ialah: “political independence, politieke onafhankelijkheid . Apakah yang dinamakan politieke onafhankelijkheid? Tuan-tuan sekalian! Dengan terus-terang saja saya berkata: Tatkala Dokuritu Zyunbi Tyoosakai akan bersidang, maka saya, di dalam hati saya banyak khawatir, kalau-kalau banyak anggota yang – saya katakan di dalam bahasa asing, ma’afkan perkataan ini – zwaarwichtig” akan perkara yang kecil-kecil. “Zwaarwichtig” sampai -kata orang Jawa- “njelimet“.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com