KOMPAS.com - Suku Maya adalah salah satu suku dari Amerika yang dikenal memiliki peradaban terbesar sepanjang sejarah.
Suku ini diperkirakan telah membangun kota dan bangunan monumental sejak tahun 500 SM.
Kemudian pada 250-900 M, Suku Maya disebut mencapai zaman keemasan, di mana peradabannya berkembang ke sekitar 40 kota dan populasinya telah mencapai 2 juta atau bahkan 10 juta jiwa.
Pada periode ini, mereka banyak membangun kuil dan istana dalam bentuk piramida berundak yang berhias relief dan tulisan yang rumit.
Selain itu, Suku Maya juga unggul dalam bidang pertanian, arsitektur, penulisan hieroglif, hingga pembuatan kalender.
Namun, pada abad ke-9, peradaban Suku Maya runtuh secara misterius. Lantas, apakah Suku Maya masih ada sampai sekarang?
Meski peradaban Suku Maya telah runtuh sejak abad ke-9, tetapi keturunan mereka tidak menghilang begitu saja.
Saat ini, keturunan Suku Maya umumnya tinggal di Meksiko Selatan, Guatemala, Belize, El Salvador, dan Honduras.
Pada awal abad ke-21, dipekirakan sebanyak tujuh juta orang Maya tinggal menyebar di daerah-daerah tersebut.
Beberapa di antara mereka membaur dan menyesuaikan dengan kebudayaan setempat di negara-negara yang ditinggali.
Sedangkan sebagian lainnya tetap memertahankan tradisi leluhur mereka yang telah terbentuk sejak zaman kuno dan menggunakan bahasa Maya sebagai bahasa sehari-hari.
Baca juga: Peradaban Maya Kuno: Kepercayaan dan Seni Bangunan
Mayoritas dari mereka tinggal di Guatemala, yang merupakan rumah bagi Taman Nasional Tikal, salah satu situs reruntuhan kota kuno Suku Maya.
Bahkan sebanyak 40 persen penduduk Guatemala adalah keturunan Suku Maya. Selain itu, banyak dari mereka yang mendiami Belize, bagian barat Honduras dan El Salvador, Yukatan, Campeche, Quintana Roo, Tabasco, dan Chiapas di Meksiko.
Perang Saudara Guatemala yang berlangsung selama 36 tahun (1960-1996) merenggut hingga 200.000 nyawa, menyebabkan satu juta lainnya diusir dari tanah mereka, dan sedikitnya 100.000 perempuan diperkosa, yang sebagian besar korbannya adalah Suku Maya.
Genosida terhadap Suku Maya terus terjadi sepanjang perang karena mereka dianggap mendukung gerilyawan kiri.
Namun, sebagian besar dari mereka sebenarnya menjadi korban kejahatan Presiden Efrain Rios Montt (1982-1983).
Rios Montt diketahui melakukan kampanye yang bertujuan untuk menghancurkan Suku Maya dan membersihkan negara dari budaya mereka.
Tindakan tersebut ditindaklanjuti dengan "kebijakan bumi hangus", di mana pemerintah membunuh sekitar 40 persen dari total populasi dan menghancurkan 626 desa Suku Maya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.