KOMPAS.com - Kolonel Maludin Simbolon adalah tokoh militer, pejuang kemerdekaan yang berasal dari Sumatra Utara.
Ia terlibat dalam peristiwa Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia, yang bermula dari rasa ketidakpuasannya terhadap kebijakan pemerintah pusat.
Simbolon mengumumkan pemutusan hubungan wilayah Sumatra Utara dengan pemerintah pusat tanggal 22 Desember 1956 di Medan.
Langkah yang dilakukan Simbolon ini ditentang oleh para perwira Sumatra Utara, seperti Letkol Djamin Gintings dan Letkol Wahab Makmur.
Pada akhirnya, Presiden Soekarno mencopot Maludin Simbolon dari posisi jabatannya.
Baca juga: PRRI: Latar Belakang, Tuntutan, Anggota, Penumpasan, dan Dampaknya
Maludin Simbolon lahir di Tarutung, Sumatra Utara, 13 September 1916.
Ia merupakan putra kedua dari 10 bersaudara dari pasangan Julius Simbolon dan Nursiah Lumbantobing.
Ayahnya adalah seorang mandor perkebunan di Pearaja, Tarutung, Tapanuli Utara.
Sewaktu muda, Simbolon menempuh pendidikan pertamanya di Hollandsch Inlandsche School (HIS), sekolah zaman kolonial Belanda di Siantar Narumonda.
Kemudian, ia melanjutkan pendidikannya di Kweekschool (sekolah guru) di Solo, lulus tahun 1938.
Baca juga: Sistem Pendidikan di Era Belanda
Usai menjalani pendidikan guru, ia sempat bekerja ebagai guru di HIS Solo dan di Curup, Bengkulu.
Namun, pada masa penjajahan Jepang, Simbolon mengenyam pendidikan Gyugun, tentara sukarela.
Lulus dari Gyugun ia mendapat pangkat sebagai Letnan Dua.
Kemudian, Simbolon ditugaskan ke Markas Batalyon Gyugun Sumatra Selatan, di bagian pendidikan dan pelatihan.
Segera setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, dibentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Ia pun diangkat sebagai Komandan Divisi Palembang Ulu dengan pangkat kolonel.