KOMPAS.com - Kerusuhan Sambas adalah pecahnya kerusuhan antaretnis di wilayah Kabupaten Sambas dan sekitarnya.
Kerusuhan Sambas terjadi pada 1999, akibat kejengkelan Melayu terhadap para oknum pendatang dari Madura.
Pekerjaan yang dilakukan warga Madura tidak beda jauh dengan warga Melayu, yaitu sebagai petani dan buruh.
Karena memiliki kesamaan pekerjaan, terjadi kasus perebutan sumber daya ekonomi terutama tanah pertanian.
Bermula dari situ, kerusuhan di antara kedua suku ini terjadi.
Akibat Kerusuhan Sambas, sebanyak 1.189 orang tewas, 168 terluka berat, 34 luka ringan, 3.833 rumah dibakar dan dirusak, serta 12 mobil dan 9 motor dibakar atau dirusak.
Selain itu, sebanyak 58.544 warga Madura mengungsi dari Kabupaten Sambas ke Pontianak.
Baca juga: Abdul Kahar Mudzakkir: Pendidikan dan Perannya
Pemicu kerusuhan Sambas muncul sejak tahun 1990-an.
Terjadi perselisihan yang terutama dialami oleh petani jeruk orang Melayu melawan perusahaan Bimantara Citra Mandiri (BCM).
Melalui pekerjaan sebagai petani jeruk, sebagian besar warga suku Melayu mendapatkan penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Akan tetapi, setelah itu pasaran jeruk dimonopoli oleh pemerintah dan aparat.
Mulai sejak itu, masyarakat Melayu mengalami krisis ekonomi yang hebat.
Tidak berhenti di situ, warga Melayu juga terpaksa harus berhadapan dengan tekanan lain yang datang dari orang-orang Madura.
Warga Madura datang ke Melayu dengan niat ingin mendominasi dan berkuasa dengan cara kekerasan.
Kian tahun, kedatangan warga Madura semakin bertambah dan sedikit demi sedikit mulai menggeser kependudukan warga Melayu terutama di bidang ekonomi.