KOMPAS.com - Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan udara disebut barometer. Alat ini lazim digunakan dalam peramalan cuaca.
Meski fungsi utamanya ialah mengukur tekanan udara, barometer juga banyak dipakai untuk mencari tahu ketinggian tempat dari permukaan laut.
Dikutip dari buku Merkuri dan Keberadaannya (2020) oleh Abrar Muslim, barometer adalah alat pengukur tekanan udara terbuka.
Menurut bahannya, barometer dibedakan menjadi dua, yakni kering dan basah.
Barometer kering (aneroid) tidak berisi cairan, sedangkan barometer basah umumnya mengandung cairan merkuri.
Baca juga: Mitos Niels Bohr dan Barometer
Dilansir dari situs Encyclopaedia Britannica, barometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur tekanan atmosfer.
Dengan mengetahui besaran tekanan atmosfer di suatu wilayah, cuaca bisa diprediksi secara lebih akurat atau tepat.
Jika disimpulkan, barometer adalah alat pengukur tekanan udara atau atmosfer,
Alat pengukur tekanan udara atau atmosfer ini, pertama kali ditemukan oleh Evangelista Torricelli pada 1643, ketika ia mempelajari karakteristik merkuri.
Dalam situs Byjus disebutkan bahwa cara kerja barometer basah, pada dasarnya bergantung pada penyeimbangan berat merkuri dalam tabung kaca.
Apabila berat merkuri kurang dari tekanan atmosfer, kadar merkuri akan menurun. Sebaliknya, jika melebihi tekanan atmosfer, kadarnya akan meningkat.
Naik turunnya merkuri diukur menggunakan skala inci yang tertera pada bagian tabungnya.
Baca juga: Tekanan Udara: Pengertian, Faktor yang Memengaruhi, dan Jenisnya
Dikutip dari situs National Geographic, barometer aneroid ditemukan beberapa ratus tahun kemudian, tepatnya pada 1844 oleh Lucien Vidi, seorang ilmuwan Perancis.
Barometer aneroid memiliki ruang logam tertutup yang bisa mengembang dan berkontraksi sesuai tekanan atmosfernya.