KOMPAS.com - Sajak biasanya kita temui dalam karya sastra lama, seperti pantun, gurindam, dan lain sebagainya.
Penggunaan sajak ditujukan untuk menyamakan kata dalam karya sastra, baik di bagian awal, tengah, maupun akhir.
Apa itu sajak dalam pantun?
Menurut Arisni Kholifatu Amalia dan Icha Fadhilasari dalam buku Sastra Indonesia untuk Pelajar dan Umum (2022), sajak adalah persamaan bunyi.
Istilah "sajak" berasal dari bahasa Arab, saj, berarti karangan puisi.
Meski sajak bukan syarat khusus dalam puisi lama, kehadiran dan pengaruhnya bersifat mengikat dalam pilihan kata puisi.
Baca juga: Contoh Pantun tentang Menjaga Kesehatan
Sajak dalam pantun adalah persamaan bunyi dalam pantun, baik di awal, tengah, maupun akhir kata.
Dikutip dari buku Sastra Bandingan: Kajian Teoretis, Eksploratis, dan Metodologis (2022) oleh U'um Qomariyah, biasanya sajak dalam pantun berbentuk a-b-a-b.
Baris pertama dan ketiga pantun memiliki sajak yang sama. Begitu pula dengan baris kedua dan keempat pantun.
Selain a-b-a-b, ada juga sajak rata atau sama. Adalah jenis sajak yang akhir katanya sama semua, yakni a-a-a-a.
Ada juga jenis sajak kembar atau pasangan. Merupakan jenis sajak persamaan bunyinya berbentuk a-a-b-b.
Sebagai bentuk persamaan bunyi, sajak memiliki beberapa ciri. Berikut ciri-ciri sajak:
Ciri ini muncul karena sajak bukanlah deretan peristiwa, maka di dalamnya tidak mengandung alur atau plot.
Baca juga: Contoh Pantun Remaja
Sifat sajak adalah tidak mengikuti struktur logis dalam kalimatnya. Sehingga sangat mungkin terjadi penyimpangan, demi memunculkan irama atau agar puitis.
Ciri sajak adalah menggunakan bahasa konotatif, yakni jenis bahasa yang memunculkan nilai rasa dalam kalimat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.