Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa yang Bisa Kita Teladani dari Perjuangan Jenderal Sudirman?

Kompas.com - Diperbarui 13/01/2022, 16:50 WIB
Arum Sutrisni Putri

Penulis

KOMPAS.com - Perjuangan Jenderal Sudirman melawan Kolonial Belanda perlu kita teladani. Rasa cinta tanah airnya yang tinggi membawa Indonesia merdeka dan jauh dari penjajahan. 

Meneladani perjuangan Jenderal Sudirman

Apa yang bisa kita teladani dari perjuangan Jenderal Sudirman? Berikut beberapa hal yang bisa kita teladani dari perjuangan Jenderal Sudirman adalah:

  • Semangat patriotisme Jenderal Sudirman pada bangsa dan negara Indonesia yang besar.
  • Jiwa nasionalis atau cinta tanah air yang tinggi terhadap bangsa dan negaranya.
  • Rela berjuang demi bangsa dan negaranya sebab ingin berdaulat penuh.
  • Semangat berkorban demi kemerdekaan Republik Indonesia.
  • Tak pantang menyerah meski dengan senjata seadanya.
  • Meski sedang sakit, Jenderal Sudirman tetap mampu berjuang untuk kemerdekaan Indonesia hingga akhirnya dikenal sebagai pahlawan bangsa.
  • Bersatu dan bergabung dengan rakyat demi mewujudkan kemerdekaan RI.
  • Sikap teguh yang tidak rela bangsa dan negaranya dijajah bangsa lain.

Baca juga: Bagaimana Meneladani Sikap Kepahlawanan?

Perjuangan Jenderal Sudirman

Pada 1943, saat itu Sudirman menjadi anggota Pembela Tanah Air (Peta), mendapat pangkat shodanco dan menjadi komandan batalyon Peta di Kroya, Jawa Tengah.

Setelah Indonesia merdeka, Sudirman bergabung menjadi tentara keamanan rakyat atau TKR. Saat menjadi anggota TKR Sudirman berhasil merebut senjata pasukan Jepang dalam pertempuran di Banyumas, Jawa Tengah.

Perang besar pertama yang dipimpin Sudirman adalah perang melawan tentara Inggris dan NICA Belanda pada November-Desember 1945 yang dikenal sebagai pertempuran Palagan Ambarawa dan menang.

Pada 18 Desember 1945 Sudirman dilantik menjadi jenderal oleh Presiden Soekarno.

Seiring dengan perkembangan TKR menjadi TNI Sudirman dilantik menjadi Panglima Besar bersama pucuk TNI lainnya di Gedung Agung Yogyakarta pada 28 Juni 1947.

Pada masa Agresi Militer Belanda ke-2 atau masa perang kemerdekaan ke-2 ketika masuknya tentara Belanda pada 19 Desember 1948, Soekarno meminta Suridman yang sakit istirahat.

Baca juga: Meneladani Sikap Pangeran Diponegoro

Sudirman menolak sebab ingin bersatu dengan rakyat. Karena Sudirman harus bergabung dengan rakyat menentukan kemerdekaan Indonesia.

Pada 19 Desember 1948 Belanda menguasai Yogyakarta dan menangkap para pemimpin negara, Sudirman menentukan perang gerilya sehingga harus bergerilya di wilayah pedesaan.

Karena sakit tuberkulosis yang diderita tidak memungkinkan Jenderal Sudirman berjalan kaki untuk tetap melanjutkan gerilya. 

Akhirnya, Panglima Besar Jenderal Sudirman ditandu oleh para pengikut setianya selama perjalanan bergerilya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com