KOMPAS.com - Kekuasaan Belanda di Indonesia pada abad 18 hingga abad 19 tak berlangsung penuh.
Perebutan kekuasaan di Eropa membuat Belanda sempat berada di bawah penjajahan Perancis karena peperangan Napoleon.
Dikutip dari Sejarah Indonesia Modern (2016) karangan MC Ricklefs, menjelang akhir abad 18, VOC mengalami kemunduran.
Korupsi dan perang terus-menerus di berbagai daerah di Nusantara membuat VOC mengalami krisis keuangan.
Di Eropa, pada Desember 1794 hingga Januari 1795, Perancis menyerbu Belanda.
Baca juga: Kedatangan Belanda di Indonesia
Di bawah pimpinan Napoleon Bonaparte, Perancis berhasil menguasai Belanda. Ia kemudian membentuk pemerintahan boneka.
Pada tahun 1796, De Heeren XVII yang mengatur operasi VOC di Indonesia dibubarkan.
De Heeren XVII digantikan dengan komite baru. Tak lama, pada 1 Januari 1800, VOC dibubarkan.
Operasional VOC di Nusantara diambil alih oleh pemerintah Hindia Belanda.
Napoleon Bonaparte mengangkat adiknya, Louis Napoleon sebagai penguasa di Belanda pada tahun 1806.
Kemudian pada 1808, Louis mengirim Marsekal Herman Willem Daendels ke Batavia.
Selama tiga tahun yakni dari 1808-1811, Daendels menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda.
Baca juga: Reaksi Bangsa Indonesia Terhadap Kedatangan Belanda
Di masa kepemimpinan Daendels, rakyat dan penguasa-penguasa setempat diperlakukan dengan sewenang-wenang.
Para raja-raja di Jawa dipaksa mengabdi kepada Belanda.
Kebijakannya yang paling kontroversial, pembangunan jalan dari Anyer hingga Panarukan yang menelan banyak korban.