Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Ungkap Hal yang Terjadi saat Matahari Mati

Kompas.com - 14/04/2024, 12:33 WIB
Monika Novena,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Suatu hari nanti, Matahari akan mati. Bintang yang menjadi sumber kehidupan di Bumi ini tidak bisa bertahan selamanya.

Pada akhirnya, unsur-unsur yang menjadi bahan bakar fusinya akan habis dan Matahari akan mengalmi transformasi menjadi katai putih.

Baca juga: Apakah Ada Orang yang Alergi Matahari?

Ketika itu terjadi, Matahari akan membesar menjadi raksasa merah sebelum mengeluarkan material luar saat intinya runtuh menjadi sisa-sisa.

Itu gambaran yang terjadi Matahari yang akan dimulai sekitar 5 miliar tahun lagi.

Tapi bagaimana dengan Bumi dan planet lainnya?

Mengutip Science Alert, Jumat (12/4/2024) tim ilmuwan yang dipimpin oleh fisikawan Amornrat Aungwerojwit dari Universitas Naresuan di Thailand, menganalisis perubahan kecerahan jangka panjang pada tiga katai putih untuk memperkirakan dampaknya terhadap sistem planet di sekitar mereka.

Menurut analisis tersebut kematian Matahari akan memicu pembantaian di Tata Surya.

Singkatnya, Merkurius dan Venus akan terkoyak dan dihisap oleh Matahari, sama seperti planet lain di lingkaran terdalam Tata Surya.

Sementara bertahan atau tidaknya Bumi bergantung pada perubahan orbitnya sehubungan dengan penyusutan massa Matahari dan pergeseran interaksi antar planet.

Tapi walaupun berhasil lolos, Bumi akan terlihat sangat berbeda dari dunia subur dan layak huni seperti sekarang ini.

"Apakah Bumi dapat bergerak cukup cepat sebelum Matahari membakar dan menghisapnya, masih belum jelas," ungkap fisikawan Boris Gänsicke dari Universitas Warwick di Inggris.

Baca juga: Apakah Matahari Benar-benar Terbit dari Timur?

"Tapi jika memang berhasil lolos, Bumi akan kehilangan atmosfer dan lautnya, tidak lagi menjadi tempat yang nyaman untuk ditinggali," katanya lagi.

Mempelajari katai putih

Bagaimana kita bisa mengetahui semua ini hanya dengan melihat bintang katai putih? Itu dilakukan dengan mempelajari perubahan kecerahannya.

Fluktuasi cahaya bintang dapat berarti beberapa hal, namun jika terjadi secara teratur, naik turunnya intensitas dapat menunjukkan ada sesuatu yang mengorbit bintang, sehingga secara berkala menghalangi sebagian cahayanya.

Tiga bintang yang dianalisis oleh para peneliti dalam studi terbaru ini memiliki perubahan kecerahan yang menurut penelitian sebelumnya disebabkan oleh awan puing-puing planet yang mengorbit.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com