Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polusi Udara Ubah Aroma Bunga dan Bikin Serangga Bingung

Kompas.com - 13/02/2024, 17:00 WIB
Monika Novena,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ada kabar kurang menyenangkan. Studi baru menemukan serangga mungkin akan makin kesulitan menemukan bunga.

Hal tersebut dikarenakan polutan udara bereaksi dan menurunkan senyawa kimia penghasil aroma bunga yang memikat sehingga membuat bau bunga menjadi berbeda.

Baca juga: Lebih dari 2 Miliar Orang Terpapar Polusi Udara Tiap Hari, Kok Bisa?

Akibatnya, serangga menjadi kebingungan untuk menemukan bunga.

Dampak polusi udara

Jeff Riffell dari Universitas Washington di Seattle mengatakan dalam beberapa tahun terakhir, ada peningkatan terhadap polusi sensorik.

Menurutnya, polusi yang timbul dari aktivitas manusia ini dapat mengubah perilaku satwa liar dengan mengubah atau memperkenalkan rangsangan baru.

Polusi suara, misalnya, terbukti berdampak pada kicau burung dan mungkin terkait dengan peningkatan jumlah paus yang terdampar.

Sementara itu, polusi cahaya dapat menyebabkan disorientasi sejumlah hewan, termasuk burung migran dan penyu.

Namun sedikit yang diketahui tentang bagaimana aktivitas manusia memengaruhi indra penciuman hewan.

Jadi, Riffell dan rekan-rekannya menyelidiki dampak polutan antropogenik terhadap penyerbuk tanaman.

Mengutip New Scientist, Jumat (9/2/2024) dalam studi ini, peneliti fokus pada radikal ozon dan nitrat.

Itu adalah polutan yang dihasilkan oleh interaksi emisi kendaraan dengan gas di atmosfer.

Baca juga: Jumlah Serangga Menurun, Bunga Berevolusi Lakukan Penyerbukan Sendiri

Keduanya diketahui bereaksi dengan senyawa yang dikeluarkan oleh bunga, sehingga mengubah baunya.

Namun untuk mempelajari apakah polutan mengubah perilaku penyerbuk bunga, peneliti memaparkan spesies ngengat elang pada bunga yang mengeluarkan aroma bunga alami atau bunga yang dimanipulasi untuk melepaskan aroma yang terdegredasi.

Hasil studi menunjukkan bunga mawar yang mengeluarkan aroma terdegredasi, 70 persen lebih jarang dikunjungi dibandingkan bunga yang mengeluarkan bunga alami.

Penurunan kunjungan ini dapat berdampak pada ngengat elang. Hal itu juga dapat berpengaruh langsung pada ekosistem yang lebih luas karena peneliti menghitung bahwa penurunan kunjungan ngengat dapat mengakibatkan berkurangnya jumlah yang dihasilkan tanaman sebesar 28 persen.

Peneliti menambahkan sejak revolusi industri, jara ngengat dapat merasakan bunga telah menyusut dari sekitar 2 kilometer menjadi hanya beberapa ratus meter.

"Ini menjadi alasan lain mengapa kita harus beralih ke sumber energi yang tidak menggunakan pembakaran," kata Joel Thornton, tim peneliti dari Universitas Washington.

"Jika kita dapat mengurangi emisi nitrogen oksida, hal ini akan menguntungkan kualitas udara serta fungsi ekosistem serta pertanian," paparnya lagi.

Studi dipublikasikan di jurnal Science.

Baca juga: Dari Mana Asal Aroma Bunga?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com