Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO Peringatkan Kasus Kanker Melonjak 77 Persen di Tahun 2050

Kompas.com - 04/02/2024, 16:35 WIB
Monika Novena,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan jumlah kasus baru akan meningkat menjadi lebih dari 35 juta pada tahun 2050.

Jumlah tersebut 77 persen lebih tinggi dibandingkan pada tahun 2022.

Baca juga: Jadi Perhatian WHO, Apa Itu Disease X?

Lantas apa penyebab kasus kanker meningkat?

Mengutip Science Alert, Jumat (2/2/2024) Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) WHO menyebut tembakau, alkohol, obesitas, dan polusi udara sebagai faktor mengapa kasus kanker tersebut meningkat.

"Lebih dari 35 juta kasus kanker baru diperkirakan pada tahun 2050. Itu merupakan peningkatan sebesar 77 persen dari sekitar 20 juta kasus yang didiagnosis pada tahun 2022," tulis IARC dalam sebuah pernyataan.

Beban kanker global yang berkembang pesat ini mencerminkan penuaan dan pertumbuhan populasi, serta perubahan paparan masyarakat terhadap faktor risiko yang beberapa di antaranya terkait dengan pembangunan sosio-ekonomi.

“Tembakau, alkohol, dan obesitas merupakan faktor kunci di balik meningkatnya kejadian kanker, dan polusi udara masih menjadi faktor utama penyebab risiko lingkungan,” ungkap IARC lagi.

Negara-negara maju diperkirakan akan mencatat peningkatan jumlah kasus terbesar dengan perkiraan tambahan 4,8 juta kasus baru pada tahun 2050 dibandingkan tahun 2022.

Namun dalam hal persentase, negara-negara dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) rendah yang digunakan oleh PBB akan mengalami peningkatakan proporsional terbesar, yakni naik 142 persen.

Baca juga: Apakah Makan Roti Panggang Gosong Bisa Sebabkan Kanker?

Dan negara-negara dalam kisaran menengah akan mencatat peningkatan sebesar 99 persen.

“Demikian pula, angka kematian akibat kanker di negara-negara ini diperkirakan meningkat hampir dua kali lipat pada tahun 2050,” kata WHO.

Akan tetapi Freddie Bray, kepala cabang pengawasan kanker di IARC, mengatakan dampak dari peningkatan jumlah penderita kanker ini tidak akan dirasakan secara merata di seluruh negara dengan tingkat Indeks Pembangunan Manusia yang berbeda.

"Mereka yang memiliki sumber daya paling sedikit untuk mengelola beban kanker akan menanggung beban terbesar dari beban kanker global," ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com