Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tahun 2023 Resmi Jadi Tahun Terpanas dalam Sejarah

Kompas.com - 11/01/2024, 12:00 WIB
Monika Novena,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tahun 2023 resmi dinobatkan sebagai tahun terpanas dalam sejarah.

Menurut Copernicus Climate Change Service (C3S) Uni Eropa, suhu rata-rata global pada tahun 2023 adalah 1,48 derajat C lebih hangat dibandingkan rata-rata suhu pra-industri pada tahun 1850-1900.

Angka tersebut merupakan yang tertinggi sejak pencatatan dimulai pada tahun 1940 dan mungkin yang tertinggi dalam 100.000 tahun terakhir, yang memicu gelombang panas, kekeringan, dan kebakaran hutan.

Baca juga: Seperti Plastik, Sedotan Kertas Bisa Timbulkan Masalah Lingkungan

Tahun terpanas

Mengutip New Scientist, Rabu (10/1/2024) suhu rata-rata tahun 2023 hampir mencapai 1,5 derajat Celcius, batas yang ingin dihindari oleh banyak negara berdasarkan Perjanjian Paris tahun 2015.

"Hal-hal ekstrem yang kami amati selama beberapa bulan terakhir memberikan kesaksian dramatis tentang seberapa jauh kita sekarang dari iklim di mana peradaban kita berkembang," kata Carlo Buontempo, direktur C3S, dalam sebuah pernyataan.

"Kita perlu segera melakukan dekarbonisasi," paparnya lagi.

Richard Betts dari UK Met Office menambahkan tahun 2023 bahkan lebih panas dari perkiraan para prakirawan cuaca.

Hal ini sebagian juga disebabkan oleh El Nino, fase iklim alami yang meningkatkan suhu dibandingkan biasanya, meski sebagian besar pemanasan masih disebabkan oleh emisi manusia.

"Kantor Met membuat prakiraan cuaca setiap tahun dan tahun 2023 adalah pertama kalinya angka tersebut jauh di atas perkiraan kami," ungkap Betts.

Dampak pemanasan global

Melansir Phys, jika melampaui batas 1,5 derajat C para ilmuwan berpendapat dampak iklim akan semakin parah dan menjadi bencana besar.

Sekrertaris Jenderal PBB Antonio Guterres bahkan mengatakan bahwa tahun 2023 hanyalah pratinjau dari bencana masa depan yang menanti jika kita tidak bertindak sekarang.

Pada tahun 2023 terjadi kebakaran besar di Kanada, kekeringan ekstrem di Tanduk Afrika atau Timur Tengah.

Baca juga: Mengapa Ada Tahun Kabisat?

Gelombang panas musim panas yang belum pernah terjadi sebelumnya di Eropa, Amerika Serikat, dan Tiongkok, serta rekor suhu hangat musim dingin yang mencapai rekor tertinggi di Australia dan Amerika Selatan.

“Peristiwa seperti ini akan terus bertambah buruk sampai kita beralih dari bahan bakar fosil dan mencapai emisi nol,” kata profesor perubahan iklim di Universitas Reading, Ed Hawkins, yang tidak berkontribusi dalam laporan tersebut.

Pemanasan suhu juga menyebabkan gelombang panas laut yang merusak kehidupan akuatik serta meningkatkan intensitas badai, termasuk mempercepat pencairan lapisan es.

Es laut Antartika mencapai rekor terendah pada tahun 2023.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com