Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lubang Raksasa Sebesar 60 Kali Bumi Muncul di Matahari

Kompas.com - 11/12/2023, 06:33 WIB
Monika Novena,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah lubang gelap yang sangat besar baru-baru ini muncul di dekat ekuator Matahari.

Lubang dengan lebar 60 kali Bumi ini belum pernah terjadi sebelumnya pada tahap siklus Matahari.

Baca juga: Ilmuwan Pertama Kali Temukan Aurora di Matahari

Lantas apa itu?

Lubang itu dikenal sebagai lubang koronal. Namun lubang raksasa terbaru saat ini menurut ahli ternyata memungkinkan untuk melepaskan aliran radiasi yang sangat cepat atau sering disebut angin Matahari ke arah Bumi.

Lubang koronal

Mengutip Live Science, Rabu (6/12/2023) lubang koronal baru ini terbentuk di dekat ekuator Matahari pada 2 Desember dan mencapai lebar maksimum sekitar 800.000 kilomter dalam waktu 24 jam.

Lubang koronal terjadi ketika medan magnet yang menahan Matahari di tempatnya tiba-tiba terbuka, menyebabkan isi permukaan atas Matahari mengalir dalam bentuk angin Matahari.

Lubang koronal tampak sebagai bercak gelap karena lebih dingin dan kurang padat dibandingkan plasma di sekitarnya.

Hal ini serupa dengan penyebab mengapa bintik matahari tampak berwarna hitam.

Namun tidak seperti bintik Matahari, lubang koronal tidak terlihat kecuali dalam sinar ultraviolet.

Lebih lanjut, lubang koronal ini ternyata memungkinkan angin Matahari yang sangat cepat melaju menuju Bumi.

Aliran radiasi yang cepat ini seringkali memicu gangguan pada perisai magnet Bumi yang dikenal sebagai badan geomagnetik.

Baca juga: Perhitungan Baru Ungkap Ukuran Matahari Lebih Kecil dari Perkiraan

Sebelumnya, lubang koronal terakhir yang di Matahari, muncul bulan Maret lalu dan memuntahkan badai geomagnetik paling kuat yang menghantam Bumi dalam lebih dari enam tahun terakhir.

Dampak lubang terbaru di Matahari

Pada awalnya, ahli memperkirakan lubang raksasa terbaru dapat memicu badai geomagnetik moderat (G2) yang dapat memicu pemadaman radio dan tampilan aurora yang kuat selama beberapa saat.

Untungnya, intensitas angin Matahari ternyata kurang dari yang diperkirakan sehingga badai yang dihasilkan sejauh ini hanya lemah (G1).

Tidak jelas berapa lama lubang tersebut akan bertahan di Matahari, tetapi lubang koronal sebelumnya telah bertahan lebih dari satu kali rotasi matahari (27 hari) di masa lalu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com