Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Manusia Sensitif terhadap Rasa Sakit? Ini Penjelasannya

Kompas.com - 17/10/2023, 14:03 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Ada alasan mengapa manusia sensitif terhadap rasa sakit. Salah satunya penyebabnya yakni berkaitan dengan genom yang diwariskan oleh nenek moyang manusia.

Menariknya, genom yang menyebabkan manusia sensitif terhadap rasa sakit ini tidak berhubungan langsung dengan Homo sapiens, melainkan Neanderthal yang merupakan sepupu manusia modern.

Penelitian menyebutkan, Homo sapiens dan Neanderthal pernah melakukan perkawinan.

Bertahun-tahun sejak genom manusia purba Neanderthal pertama kali diurutkan, para ahli genetika telah mengintip untuk mencari jejak kelompok manusia yang telah punah ini dalam gen kita.

Baca juga: Mengapa Manusia Memiliki Kuku?

Dikutip dari Popular Science, Sabtu (14/10/2023) di sejumlah penelitian kehadiran gen kuno Neanderthal hasil perkawinan tersebut berpengaruh pada manusia modern.

Manusia sensitif terhadap rasa sakit

Kehadiran gen-gen kuno yang diwariskan manusia purba ini dapat menjadi pembawa penyakit lebih berisiko, dan juga memengaruhi bentuk hidung.

Terbaru, gen dari manusia Neanderthal bahkan membuat beberapa orang lebih sensitif terhadap rasa sakit.

Studi yang dipublikasikan 10 Oktober di jurnal Communication Biology itu menemukan, mereka yang membawa tiga varian gen Neanderthal lebih sensitif terhadap rasa sakit.

"Meski percampuran Neanderthal dengan manusia Eropa kini sudah dikenal, kontribusi genetik mereka terhadap kelompok manusia lain jarang dibicarakan sehingga menjadi hal yang penting mempelajari latar belakang genetik," papar Pierre Fauxdari National Research Institute for Agriculture, Food, and the Environment di Paris.

Baca juga: Mengapa Manusia Melambat Seiring Bertambahnya Usia?

 

 

Lebih lanjut, karena nyeri akut dapat berperan dalam memoderasi perilaku, tim peneliti berencana melakukan penelitian tambahan untuk menentukan apakah orang dengan varian gen manusia Neanderthal memang memiliki sensitivitas yang lebih besar terhadap rasa sakit.

Selain itu, memahami cara kerja varian gen juga dapat membantu dokter memahami dan mengobati nyeri kronis.

Kaustubh Adhikari dari UCL Genetics, Evolution & Environment and The Open University menambahkan sensitivitas terhadap rasa sakit adalah sifat penting untuk bertahan hidup yang memungkinkan kita menghindari hal menyakitkan yang dapat menyebabkan bahaya serius.

Temuan ini menunjukkan bahwa Neanderthal mungkin lebih sensitif terhadap jenis rasa sakit tertentu, dilansir dari Phys.

Baca juga: Mengapa Manusia Purba Punya Gigi yang Rapi?

Penelitian lebih lanjut diperlukan agar kita dapat memahami mengapa hal tersebut terjadi dan apakah varian genetik ini menguntungkan secara evolusioner.

"Dalam 15 tahun terakhir, sejak genom Neanderthal pertama kali diurutkan, kami telah belajar lebih banyak tentang apa yang kita warisi dari mereka sebagai hasil perkawinan silang puluhan ribu tahun yang lalu," tambah Adhikari.

Kendati demikian gen hanya satu bagian yang memengaruhi rasa sakit pada manusia.

"Gen hanyalah salah satu dari banyak faktor yang memengaruhi rasa sakit, masih ada lingkungan, pengalaman masa lalu, dan juga faktor psikologis yang termasuk di dalamnya," kata ahli saraf Universitas Oxford, David Bennett.

Baca juga: Mengapa Manusia Kentut? 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com