Oleh: Andhika Yudha Prawira
Kerusakan lingkungan hidup yang terjadi hingga saat ini membuat berbagai kalangan kian gencar meningkatkan sosialisasi dan implementasi terkait ekonom hijau dan biru atau pembangunan yang memperhatikan keseimbangan alam.
Baca juga: Menakar Korelasi Perubahan Iklim dan Lingkungan terhadap Ekonomi Biru
Operation Officer Sustainable Finance IFCEast Asia and Pacific Yuan W (GlobalProgress Report and Country Progress Report) mengatakan meski ada penurunan angka kemiskinan, tapi ada kerusakan lingkungan yang lebih besar yang telah terjadi, Selain kerusakan lingkungan, kesehatan manusia juga menjadi ancaman.
Pada intinya konsep dari eknomi hijau dan ekonomi biru adalah pembangunan sosial ekonomi yang berkesinambungan dengan minimalisasi degradasi lingkungan.
Untuk mencapai hal ini, pendekatan Ekonomi Hijau dan Biru didirikan pada penilaian dan penggabungan nilai sebenarnya dari alam sebagai modal ke semua aspek kegiatan ekonomi (konseptualisasi, perencanaan, pembangunan infrastruktur, perdagangan, wisata, eksploitasi sumber daya terbarukan, produksi energi/konsumsi).
Biomimikri dapat menjadi suatu solusi terhadap beberapa permasalahan yang sedang dihadapi Indonesia untuk mewaujudkan ekonomi hijau dan biru.
Ide tentang konsep biomimikri adalah meniru alam (hewan, tanaman, mikroorganisme, ekosistem) untuk menghasilkan suatu produk dan teknologi yang berkelanjutan. Tentunya hal ini sesuai dengan konsep ekonomi hijau dan biru.
Dikutip dari Biomimicry.org, biomimikri adalah suatu praktik mengaplikasi alam terhadap penemuan-penemuan serta teknologi yang lebih sehat dan berkelanjutan untuk masyarakat. Praktik biomimikri berbeda dengan praktik pemanfaatan alam.
Para praktisi biomimikri, berfokus pada memahami, mempelajari, serta meniru strategi-strategi adaptasi yang digunakan oleh makhluk hidup untuk menciptakan desain dan teknologi yang berkelanjutan.
Baca juga: Menilik Kebijakan Riset dan Inovasi dalam Platform Ekonomi Biru, Apakah Masih Sebatas Jargon?
Sedangkan praktik pemanfaatan alam berfokus pada proses ekstraksi, budidaya, dan domestikasi dari kelompok hewan, tanaman, ataupun mikro organisme untuk diperoleh langsung manfaatnya.
Alam terdiri dari beragam makhluk hidup yang telah berevolusi dan bertahan dari berbagai cekaman lingkungan. Manusia telah melakukan sangat banyak penelitian terkait tanaman, hewan, dan mikroba yang melihat bagaiamana strategi makhluk hidup dalam mengatasi berbagai cekaman alam.
Manusia, juga sebagai salah satu bagian dari alam, tentunya menghadapi cekaman yang sama yang dihadapi oleh berbagai makhluk hidup, seperti kebutuhan untuk tetap hangat, memperoleh energi, menyaring air, dan sebagainya.
Maka dari itu, dengan menggabungkan konsep biologi pada desain produk dan teknologi, kita dapat menghasilkan inovasi yang berkelanjutan.
Alam menyediakan sumber inovasi yang berpotensi mendukung keberlanjutan umat manusia. Perubahan iklim global, populasi yang meningkat, masalah epidemi, dan ledakan ekonomi, semuanya mengancam masa depan kita.
Dengan masalah lingkungan, kesehatan, dan ekonomi kita saat ini, kita memerlukan pendekatan baru dan berkelanjutan, pendekatan yang berbasis fungsional, atau mungkin suatu konsep adaptasi biologi yang paling tua yang ada di bumi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya