Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/08/2023, 19:00 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - Banyak dari kita yang mengalami peningkatan nafsu makan saat stres sehingga bisa makan lebih banyak dari biasanya. Tetapi, ada juga orang yang justru makan lebih sedikit atau bahkan tidak nafsu makan sama sekali saat stres.

Melihat fenomena ini, bisa dikatakan bahwa stres dapat memengaruhi nafsu makan kita. Lantas, bagaimana stres bisa berdampak pada kebiasaan makan?

Hubungan stres dan nafsu makan

Dilansir dari Live Science, stres dapat mengubah metabolisme tubuh, membuat tubuh lebih rentan terhadap infeksi, memperburuk kesehatan jantung, dan sangat merugikan kesehatan mental.

Karena otak dan usus terus berkomunikasi (yang disebut sumbu usus-otak), stres juga dapat berdampak besar pada nafsu makan dan perilaku makan.

Baca juga: 5 Jenis Stres yang Perlu Anda Tahu

Penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara stres dan nafsu makan dapat berkembang sejak dini. Menurut sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Appetite, anak-anak berusia 8 hingga 9 tahun dapat menunjukkan tanda-tanda makan lebih banyak saat mengalami stres tingkat tinggi.

Hal ini perlu menjadi perhatian khusus karena perilaku makan yang tidak sehat yang dikembangkan sejak anak-anak cenderung bertahan hingga dewasa.

Kontrol nafsu makan yang rumit

Stres dibagi menjadi dua jenis utama, yakni stres akut dan kronis. Stres akut adalah respons terhadap stresor yang tiba-tiba, intens, dan seringkali tidak terduga. Sedangkan, stres kronis mungkin kurang intens, tetapi berlangsung lebih lama dan lebih terkait dengan keadaan pribadi.

Sangat penting untuk mengetahui perbedaan antara kedua kondisi ini karena keduanya memiliki efek yang berbeda pada tubuh. Menurut jurnal Nutrition, jenis stres juga mungkin memiliki dampak berbeda pada perilaku makan.

Baca juga: Mengapa Saat Stres Selalu Ingin Buang Air Kecil?

Stres kronis tampaknya lebih terkait dengan asupan makanan yang tinggi kalori, gula, dan lemak, sedangkan stres akut lebih cenderung menekan nafsu makan. Namun, hal ini pun bukan aturan mutlak.

Pasalnya, kontrol nafsu makan merupakan sesuatu yang rumit. Secara signifikan, nafsu makan dikendalikan oleh hormon lapar, seperti ghrelin dan leptin.

Ghrelin dikenal sebagai hormon perangsang nafsu makan. Hormon ini cenderung menurun sebagai respons terhadap stres akut dan meningkat sebagai respons terhadap stres kronis.

Studi yang dilakukan pada tikus menunjukkan bahwa jika hewan-hewan ini mengalami stres isolasi, tingkat ghrelin dan asupan makanan mereka akan meningkat secara signifikan.

Baca juga: Benarkah Stres Menyebabkan Berat Badan Turun?

Pada saat yang sama, tidak semua tikus akan makan lebih banyak saat terpapar stresor, bahkan saat kadar ghrelinnya meningkat.

Para ilmuwan menunjukkan bahwa hewan (dan mungkin juga manusia) dapat mengembangkan apa yang disebut 'resistensi ghrelin', yang bergantung pada jenis pemicu stres.

Ilmuwan juga melaporkan bahwa tikus betina lebih cenderung makan berlebihan ketika hormon mereka tidak seimbang, yang dapat menjelaskan mengapa lebih banyak wanita yang makan dengan porsi lebih banyak.

Selain itu, usia pun bisa menjadi faktor lain. Kurangnya nafsu makan di usia tua adalah fenomena umum. Dengan demikian, kemungkinan proses penuaan juga dapat mengubah dampak ghrelin pada perilaku makan.

Kemudian, leptin adalah hormon lain yang terlibat dalam pengendalian nafsu makan dengan meningkatkan perasaan kenyang.

Baca juga: Apakah Stres Bisa Membuat Rambut Beruban?

Menurut jurnal Nutrients, kadar leptin menurun setelah stres akut, dengan individu dan wanita yang memiliki berat badan normal menunjukkan fluktuasi yang lebih parah.

Faktor lain yang menghubungkan stres dan nafsu makan adalah orexin, senyawa yang dikeluarkan oleh otak sebagai respons terhadap pemicu stres. Menurut jurnal Frontiers in Neuroendocrinology, hormon ini juga terbukti mengubah perilaku makan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com