Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selain Manusia, Tikus Disebut Mampu Bercocok Tanam

Kompas.com - 13/07/2022, 11:05 WIB
Monika Novena,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Manusia dianggap unik di antara mamalia lainnya karena kemampuan mereka untuk menghasilkan makanan dengan bertani.

Tapi ternyata manusia bukanlah satu-satunya mamalia yang punya kemampuan untuk bercocok tanam.

Ilmuwan telah menemukan bahwa tikus tanah (pocket gopher) juga mempraktikkan apa yang disebut dengan bercocok tanam.

Hal itu terungkap melalui pengukuran di ladang yang berisi liang yang dibangun oleh hewan pengerat tersebut.

Baca juga: Tikus Jantan Ternyata Takut pada Pisang, Bagaimana Bisa?

Liang-liang ini menurut peneliti menunjukkan bahwa mereka tak hanya memanen akar pinus berdaun panjang yang tumbuh di sarang mereka tetapi juga membudidayakannya.

Dengan panjang ratusan meter, terowongan berkelok-kelok itu juga terus dimodifikasi dan dibenahi, termasuk juga diberi pupuk.

Meski ada beberapa perdebatan ilmiah tentang apa yang dimaksud dengan bertani, para peneliti di dalam studi baru ini menunjukkan beberapa indikasi jelas, bahwa para tikus tanah tahu dengan apa yang mereka lakukan dalam hal mengelola akar pinus.

"Tikus tanah adalah petani mamalia non-manusia pertama. Pertanian dikenal di antara spesies semut, kumbang, dan rayap, tetapi tidak pada mamalia lain," kata Francis Putz, ahli biologi dari University of Florida.

Dikutip dari Science Alert, Selasa (12/7/2022) penelitian terhadap tikus tanah ini terinspirasi oleh pipa saluran pembuangan yang sering mendapat desakan karena pertumbuhan akar.

Tim tertarik untuk melihat apakah akar juga terus-menerus mencoba mendesak liang tempat tinggal tikus tanah dan bagaimana hewan pengerat itu dapat mengolah sumber makanan di terowongan yang telah dibuat sebelumnya serta liang baru.

Lalu dengan mempelajari pertumbuhan akar di bagian yang terisolasi dari jaringan liang milik tikus tanah, peneliti menghitung bahwa akar yang tumbuh ke dalam jaringan terowongan ternyata dapat menyediakan 20-60 persen kalori harian yang dibutuhkan oleh hewan itu.

Lalu setelah akar mencapai liang, pertumbuhan akar kemudian bahkan distimulasi dengan menggunakan kotoran tikus tanah dan kencingnya.

Itu artinya dibutuhkan banyak energi dan waktu untuk mempertahankan tanaman tersebut.

Meskipun bukan bentuk pertanian yang paling canggih, peneliti pun menyebut bahwa itu merupakan sesuatu yang mirip dengan apa yang dilakukan manusia.

Baca juga: Regenerasi Sel Otot Jantung pada Tikus, Ilmuwan Gunakan Teknik Baru

Dengan kata lain, pemeliharaan liang dan pengelolaan kondisi di mana akar dapat terus tumbuh adalah yang membuat apa yang dilakukan tikus tanah menjadi bentuk pertanian.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com