Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
BRIN
Badan Riset dan Inovasi Nasional

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. BRIN memiliki tugas menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi.

Ide Tak Biasa Ilmuwan: Mencoba Merekayasa Fundamental Biologi dalam Upaya Mewujudkan Pembangunan Koloni di Planet Lain

Kompas.com - 25/03/2022, 20:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Erwin Fajar Hasrianda M.Sc.,

Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, ilmuwan telah mampu melakukan rekayasa struktur genetika makhluk hidup.

Dua inovasi besar teknologi ini yang telah dicapai di awal abad ini adalah teknologi CRISPR CAS-9 dan lahirnya era DNA buatan atau “alien DNA”.

Teknologi CRISPR CAS-9 membuat kegiatan rekayasa genetika semakin presisi, semakin mudah dan semakin murah sedangkan teknologi DNA buatan menjadikan ilmuwan kini mampu memproduksi senyawa organik dan jenis organisme yang tidak pernah ada dalam 4 milyar tahun sejarah kehidupan di planet bumi ini.

Pengkreasian jenis DNA baru ini akan secara otomatis berpotensi dalam mensintesis protein jenis baru serta bentuk organisme baru yang belum pernah ada sebelumnya (Weidman, 2017 ; Malyshev, et al., 2012).

Baca juga: Level Baru Teknologi Rekayasa Genetika Setelah Era CRISPR CAS-9

Struktur basa nucleotida yang sebelumnya sebelumnya hanya bisa terdiri dari empat variasi saja, yaitu ; Adenin (A), Guanin (G), Citosin (C) dan Timin (T), dilaporkan setidaknya kini telah mendapat tambahan empat ragam lagi sehingga menjadi delapan variasi basa nucleotida (Hoshika, et al., 2019).

Jumlah keragaman ini dilaporkan akan terus bertambah. Artinya, akan ada lebih banyak lagi varian protein yang dapat dihasilkan.

Ke depannya masih banyak lagi ragam basa nucleotida, kodon, asam amino dan protein 'alien' lainnya yang menunggu untuk diketemukan, dikreasikan dan dimanfaatkan.

Callaway, di Nature (2017), menuliskan adalah Steven Albert Benner, ilmuwan di ETH Zurich, Swiss & University of Florida, Ichiro Hirao, dari RIKEN, Jepang dan Floyd Romesberg, dari Institusi Riset Scripps di La Jolla, California, yang memiliki peran besar dalam pengembangan teknologi DNA buatan ini.

Kemungkinan atas modifikasi bentuk kehidupan yang tertimbulkan dari inovasi sistem genetika ini sangatlah luas.

Secara sederhana, keberadaan basa nucleotida yang lebih beragam, berarti organisme dapat menyimpan lebih banyak data serta dapat menghasilkan jenis protein yang lebih beragam.

Floyd Romesberg sebagai salah seorang ilmuwan yang berperan dalam topik ini menganalogikan kondisi ini dengan, “Jika kita memiliki hanya bahasa dengan jumlah huruf yang sangat terbatas, maka kita ingin menambahkan jumlah hurufnya. Ini agar kita dapat menulis kata kata yang lebih bervariasi dan cerita yang lebih beragam”.

Baca juga: Unik, Tanaman Bercahaya Ini dari Rekayasa Gen Jamur Bioluminescence

Meskipun demikian Kwok (2012), menilai masih banyak hal yang perlu dilakukan dan dibuktikan hingga kemampuan basa nucleotida buatan ini bisa mewujudkan berbagai potensinya tersebut.

Di antaranya adalah menjaga kesetabilan molekul basa nucleotida buatan ini di sistem metabolisme sel alami.

Sejauh ini masih terdapat tantangan untuk dapat mengintegrasikan secara sempurna basa nucleotida buatan ini dan asam amino yang dihasilkannya ke dalam sistem biologi organisme alami yang sudah ada dan terbangun selama milyaran tahun.

Ditambah keberadaan novel asam amino ini berpotensi mengganggu keseimbangan sistem biologi yang sudah ada di internal sel.

Perlu diteliti lebih jauh efek samping yang mungkin tertimbulkan dari novel asam amino ini terhadap sistem metabolisme alami organisme yang selama ini hanya menggunakan empat ragam basa nucleotida saja.

Sedangkan dari kacamata berbeda, karya penelitian trio Banner, Romesberg dan Hirao ini merupakan contoh terang pentingnya keberadaan dan dukungan yang stabil atas kegiatan riset riset dasar.

Baca juga: Bukan Rekayasa Genetika, Ini Bukti Virus Corona dari Epidemi Alami

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com