KOMPAS.com - Ilmuwan menggunakan teknik baru untuk membuat tanaman hias jadi dekorasi yang semakin menarik. Tanaman menyala yang dibuat di dalam laboratorium dengan menggunakan gen jamur bercahaya.
Melansir The Guardian, Selasa (28/4/2020), tanaman yang dapat memancarkan cahaya ini tidak hanya akan menarik sebagai dekorasi rumah.
Akan tetapi, tanaman ini juga membuka cara baru bagi ilmuwan untuk mengeksplorasi cara kerja beberapa bagian dari tanaman.
"Di masa depan teknologi ini dapat digunakan untuk memvisualisasikan aktivitas hormon yang berbeda di dalam tanaman selama tanaman hidup di jaringan yang berbeda," jelas Dr Karen Sarkisyan, peneliti di Imperial College London.
Baca juga: Jamur Mematikan ini Ancam Kehidupan Ular Tropis di Bumi, Ini Sebabnya
Teknologi ini juga diklaim dapat digunakan untuk memantau respons tanaman terhadap berbagai tekanan dan perubahan di lingkungannya, seperti kekeringan atau luka oleh herbivora.
"Kami berharap untuk membawa (penemuan) ini ke pasar dalam beberapa tahun dari sekarang," jelas Dr Sarkisyan.
Dr Sarkisyan menjelaskan, ada banyak binatang, mikroba, dan jamur yang dapat bercahaya, seperti kunang-kunang hingga jamur madu. Sebuah fenomena yang dikenal sebagai bioluminescence.
Fenomena ini terjadi ketika enzim bekerja pada bahan kimia yang dikenal dengan nama luciferin di dalam organisme, menghasilkan energi yang dilepaskan dalam bentuk cahaya.
Baca juga: Spesies Hiu Lentera Baru dan Alasan Ikan Bercahaya
Namun, bioluminescence tidak muncul secara alami di antara jenis tanaman. Penelitian terbaru ini bukan kali pertama dilakukan ilmuwan untuk menciptakan tanaman hijau bercahaya.
Di antara pendekatan sebelumnya, para peneliti telah mengirimkan baik luciferin dan enzim yang diperlukan untuk bioluminescence ke dalam tanaman melalui nanopartikel.
Sementara tim lain telah memasukkan gen bakteri untuk bioluminescence ke dalam tanaman.
Kendati demikian, pendekatan ini memiliki kelemahan, yakni pengiriman luciferin pada partikel kecil lebih mahal dan tidak berkelanjutan.
Sementara itu penggabungan gen bioluminescence bakteri melibatkan cahaya lemah. Terlebih lagi, kata Sarkisyan, pendekatan terakhir tampaknya akan beracun bagi tanaman.
Penelitian ini telah dipublikasikan dalam jurnal Nature Biotechnology. Sarkisyan dan tim penelitinya yang berbasis di Rusia dan Austria menunjukkan bagaimana mereka memasukkan empat gen jamur dari jamur bioluminescence.
Empat gen dalam jamur yang disebut Neonothopanus nambi ini dimasukkan ke dalam DNA tanaman tembakau.