Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/03/2022, 12:32 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - Jenis cedera otak traumatis yang paling umum adalah gegar otak

Istilah itu berasal dari bahasa Latin, concutere, yang berarti "mengguncang dengan keras."

Gegar otak paling sering disebabkan oleh benturan atau pukulan langsung yang tiba-tiba di bagian kepala.

Dilansir dari WebMD, berdasarkan data CDC, antara tahun 2001 dan 2009, diperkirakan 173.285 orang di bawah usia 19 dirawat di ruang gawat darurat rumah sakit karena gegar otak yang berhubungan dengan kegiatan olahraga dan rekreasi. 

Penyebab lain gegar otak termasuk kecelakaan mobil dan sepeda, cedera terkait pekerjaan, jatuh, dan perkelahian.

Baca juga: Marc Marquez Alami Gegar Otak Usai Jatuh di MotoGP Mandalika, Ini Dampaknya pada Tubuh

Pengertian gegar otak

Dilansir dari American Association of Neurological Surgeons (AASN), gegar otak adalah cedera pada otak yang mengakibatkan hilangnya fungsi otak normal untuk sementara. 

Secara medis, ini didefinisikan sebagai sindrom klinis yang ditandai dengan perubahan fungsi otak yang bersifat sementara.

Dalam hal ini, perubahan tersebut termasuk perubahan status mental atau tingkat kesadaran, yang diakibatkan oleh kekuatan mekanis atau trauma.

Penyebab gegar otak

Gegar otak dapat disebabkan oleh trauma langsung di kepala, seperti jatuh, pukulan, atau mengalami kecelakaan.  

Banyak orang yang mengira bahwa gegar otak melibatkan pingsan atau kehilangan kesadaran, tetapi ini tidak benar. 

Baca juga: Hailey Bieber Alami Penggumpalan Darah di Otak, Kondisi Apa Itu?

Faktanya, dalam banyak kasus, orang dengan gegar otak tidak kehilangan kesadaran.

Bahkan, gejala eksternal dari trauma kepala, seperti pendarahan, mungkin juga tidak terjadi.

Gejala gegar otak

Penting untuk mengetahui gejala gegar otak karena kondisi ini tidak muncul pada pencitraan seperti pemindaian sinar-X, CT, atau MRI.

Selain itu, tidak ada tes objektif, seperti pengambilan darah atau air liur, yang dapat menentukan apakah seseorang mengalami gegar otak.

Dokter dapat mendiagnosis gegar otak berdasarkan hasil pemeriksaan komprehensif, yang meliputi pengamatan tanda-tanda gegar otak dan pasien melaporkan gejala gegar otak yang muncul setelah benturan pada kepala atau tubuh. 

Baca juga: Begini Cara Otak Kembali Sadar Setelah Anestesi

Dilansir dari Concussion Legacy Foundation, berikut adalah gejala gegar otak yang umum dialami:

1. Gejala somatik (fisik)

  • Sakit kepala
  • Pusing
  • Mual
  • Kepekaan terhadap cahaya
  • Sensitivitas terhadap kebisingan

2. Gejala kognitif

  • Sulit konsentrasi
  • Masalah memori
  • Kehilangan fokus
  • Kesulitan multitasking

3. Gejala tidur

  • Tidur lebih lama dari biasanya
  • Kurang tidur dari biasanya
  • Mengalami kesulitan untuk tidur

4. Gejala emosional

  • Kecemasan
  • Depresi
  • Serangan panik

Baca juga: Bagaimana Covid-19 Sebabkan Perubahan Otak? Studi Jelaskan

Setelah mengalami gegar otak, beberapa orang mungkin menderita gejala yang menetap, seperti masalah memori dan konsentrasi, perubahan suasana hati, perubahan kepribadian, sakit kepala, kelelahan, pusing, dan lain-lain.

Ini dikenal sebagai sindrom pasca-gegar otak. Pasien dengan sindrom pasca-gegar otak harus menghindari aktivitas yang memungkinkan mereka mengalami gegar otak berulang. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com