Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Covid-19 Sebabkan Perubahan Otak? Studi Jelaskan

Kompas.com - 08/03/2022, 08:02 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis


KOMPAS.com - Para ilmuwan telah menemukan bagaimana kasus ringan Covid-19 dapat menyebabkan perubahan otak pada penyintasnya.

Seperti dikutip dari Medical Xpress, Selasa (8/3/2022), dalam sebuah studi baru, rata-rata orang paruh baya hingga orang lanjut usia (lansia) yang terinfeksi Covid-19, menunjukkan tanda-tanda penyusutan jaringan di area otak yang berkaitan dengan indera penciuman.

Kelompok tersebut juga cenderung lebih kesulitan menyelesaikan tugas mental yang komplek, jika dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki riwayat Covid-19.

Peneliti menyebut bahwa hal itu adalah efek yang paling menonjol yang diamati pada orang tua paruh baya hingga lanjut usia yang terinfeksi Covid-19.

Temuan tersebut, menurut peneliti, memperkuat bukti, bahkan pada orang dengan Covid-19 ringan, dapat menyebabkan defisit yang dapat dideteksi di otak.

Hipotesa tersebut diperoleh peneliti setelah menganalisis data pemindaian otak yang diambil dari orang-orang sebelum dan sesudah mereka terinfeksi virus corona penyebab Covid-19.

Data ini pun membantu mereka membedakan perubahan otak yang berkaitan dengan Covid-19 dari kelainan apapun yang mungkin sudah ada.

"Kami masih bisa memastikan 100 persen bahwa ada efek kausal dari infeksi (Covid-19)," kata pemimpin penelitian Gwenaelle Douaud, seorang profesor di University of Oxford, Inggris.

Baca juga: Ilmuwan Ungkap Covid-19 Bisa Sebabkan Kabut Otak hingga Pengaruhi Fungsi Kognitif

Akan tetapi, imbuhnya, studi mereka tentang Covid-19 sebabkan perubahan otak pada penyintas Covid-19 ini, dapat menguraikan efek yang diamati dari perbedaan yang mungkin telah ada sebelumnya pada otak para peserta studi sebelum mereka terinfeksi SARS-CoV-2.

Kendati demikian, para peneliti mengatakan bahwa masih ada pertanyaan kunci, yakni apa yang menyebabkan otak berubah atau mengalami kerusakan otak?

Studi baru memperkirakan bahwa hingga 30 persen orang dengan Covid-19 telah mengembangkan gejala "jarak jauh" yang mengganggu mereka setelah mereka sembuh dari Covid-19.

Gejala setelah sembuh dari Covid-19 yang dilaporkan itu di antaranya meliputi kelelahan, sakit kepala, sesak napas, hilangnya kemampuan indera penciuman dan indera pengecap, serta masalah dengan memori otak dan konsentrasi yang dikenali sebagai "kabut otak".

Selain itu, para peneliti juga belum tahu apa yang menyebabkan gejala long covid terjadi, atau mengapa gejala-gejala itu bisa menyerang setelah infeksi Covid-19 ringan.

Peneliti menyebut bahwa sebuah teori merujuk pada aktivasi sistem kekebalan yang berlebihan, yang menyebabkan peradangan yang meluas di tubuh.

Joanna Hellmuth, ahli saraf di University of California, San Francisco, mempelajari gejala pasca-Covid. Dia mengatakan bahwa tidak jelas apa yang mungkin menyebabkan perubahan otak yang terlihat dalam penelitian efek Covid-19 pada otak ini.

Baca juga: Benarkah Covid-19 Bisa Bikin Otak Lemot dan Pelupa? Ini Penjelasan Ahli

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com