Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Gangguan Ekshibisionis secara Psikologis

Kompas.com - 04/03/2022, 16:31 WIB
Nadia Faradiba

Penulis

KOMPAS.com - Ekshibisionisme merupakan gangguan psikologi yang kerap meresahkan masyarakat. Apa ekshibisionisme itu dan apa penyebabnya?

Gangguan ekshibionistik

Gangguan ekshibisionisme adalah penyakit gangguan mental di mana seseorang menampilkan alat kelaminnya pada orang asing tanpa persetujuan. Gangguan ekshibionistik dikenal juga dengan ekshibisionisme. Penyakit ini masuk ke dalam daftar penyakit mental yaitu Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders V (DSM V).

Perilaku ekshibisionisme dilakukan untuk mencapai kepuasan seksual dengan berfantasi melakukan hubungan seksual dengan orang tersebut. Namun aksi ini dilakukan tanpa dilanjutkan dengan aksi lebih lanjut, seperti menyerang secara fisik, dan lainnya.

Ekshibisionisme biasanya menampilkan bagian tubuh yang tertutup, seperti payudara dan alat kelamin. Pelaku penyakit ini lebih banyak pada lelaki daripada wanita. Dilansir dari First Light Psych, sebanyak 30 persen lelaki dengan penyakit mental seksual adalah ekshibisionis.

Perilaku ini turut berkembang seiring perkembangan teknologi. Banyak orang yang memamerkan alat kelaminnya melalui media sosial kepada orang asing. Hal ini banyak mendapatkan perhatian karena menjadi perilaku yang tidak senonoh dan tidak bisa diterima oleh masyarakat.

Penyebab

Penyebab gangguan ekshibionistik dipengaruhi beberapa faktor risiko. Berikut faktor risikonya:

  • Memiliki gangguan perilaku antisosial
  • Minum minuman alkohol berlebih
  • Pedofilia
  • Mengalami perundungan emosi dan seksual sewaktu kecil
  • Terpapar konten pornografi sejak kecil

Baca juga: 15 Jenis Kekerasan Seksual Menurut Komnas Perempuan

Pengobatan

Menurut Psychology Today, kebanyakan penderita ekshibionistik tidak mencari pengobatan dengan sendirinya. Mereka tidak merasa perilakunya itu mengganggu orang sampai diketahui orang lain dan disarankan untuk berobat.

Untuk mengobati perilaku ini, terapi yang diperlukan adalah terapi perilaku kognitif dengan membantu penderita untuk mengalihkan impuls mereka kepada hal yang lebih baik. Terapi pendukung lainnya yang bisa mendukung antara lain latihan relaksasi, latihan empati, dan lainnya.

Beberapa kasus yang lebih parah mungkin membutuhkan medikasi, seperti obat-obatan untuk mengontrol hormon seksual dan obat penenang untuk mengobati rasa depresi dan perubahan suasana hati.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com