Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Vista Budiariati

Dosen Departemen Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Mengintip Sekilas Potensi Daging Sintetis sebagai Makanan Masa Depan (2)

Kompas.com - 20/02/2022, 20:31 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Erwin Fajar Hasrianda dan Vista Budiariati

Seiring meningkatnya kesejahteraan masyarakat dan meningkatnya tingkat urbanisasi penduduk ke perkotaan, permintaan konsumsi daging global diperkirakan akan meningkat mendekati dua kali lipat dalam satu dekade mendatang. Kondisi ini akan menjadi tantangan lingkungan dan ekologis yang serius.

Mengingat saat ini saja diperkirakan sebanyak sekitar 70% dari luas tanah pertanian di permukaan bumi telah digunakan (secara langsung maupun tidak langsung) untuk kegiatan peternakan (Sample, 2012).

Hal ini masih diperparah dengan dampak negatif lingkungan lainnya dari peternakan konvensional saat ini.

Baca juga: Potensi Daging Sintetis untuk Pemenuhan Pangan Masa Depan (1)

Meliputi produksi gas rumah kaca juga konsumsi air bersih global yang tinggi, perambahan hutan secara massif untuk tempat menggembala ternak dan lain sebagainya.

Dalam mengatasi permasalahan ini Ilmuwan berusaha mengembangkan model teknologi alternatif, untuk memenuhi kebutuhan daging konsumsi secara lebih ramah lingkungan.

Ini dilakukan dengan memproduksi daging secara sintesis di laboratorium secara in vitro, alih alih beternak hewan pedaging secara konvensional.

Di Indonesia sendiri, pengembangan daging in vitro juga dirasa cukup menantang. Diantaranya dikarenakan minimnya keberadaan laboratorium terstandarisasi yang cukup mumpuni terkait dalam rangka meminimalisasi terjadinya kontaminasi yang mungkin terjadi pada proses produksi danging in vitro.

Ini ditambah dengan adanya issue hambatan ketersediaan bahan produksi yang saat ini masih didominasi dari produk produk impor.

Akan tetapi, di masa mendatang sebagaimana masyarakat dulunya tidak membayangkan akan sangat familiar dengan teknologi berbasis daring dalam berbagai rapat, pengembangan daging in vitro yang saat ini dianggap futuristik bisa jadi akan benar benar terwujud dalam beberapa waktu ke depan.

POTENSI MASA DEPAN
Potensi pengembangan di masa depan dari daging in vitro ini sangatlah luas dan menarik. Teknologi ini berpotensi untuk merubah pola konsumsi dan produksi daging (bahkan protein dalam arti luas) secara radikal (Van der Weele, 2010). Beberapa keuntungan dari daging in vitro adalah:
(1) waktu produksi daging yg lebih cepat (Dattar and Betti 2010).,
(2) penggunaan sumber daya alam yang lebih efisien (Bhat and Bhat, 2011 ; Dattar
and Betti, 2010).
(3) penggunaan tenaga kerja yang lebih sedikit (Bhat and Bhat, 2011),
(4) pengurangan secara signifikan jumlah hewan yang harus dipotong (Datar & Betti,
2010),
(5) sangat rendahnya jumlah limbah sisa produksi atau bagian tubuh non konsumsi
seperti tulang, rambut atau bulu (Datar & Betti, 2010),
(6) produk daging konsumsi yang lebih aman dan lebih sehat (Datar & Betti, 2010 ;
Van der Weele, 2010),
(7) penurunan tingkat polusi lingkungan dari proses produksi daging (Bhat and Bhat,
2011),
(8) kemungkinan untuk memproduksi bagian tubuh dari satwa langka exotic secara
bertanggung jawab dan lebih ramah lingkungan (Bhat and Bhat, 2011),
(9) keleluasaan/kebebasan untuk mendesain produk daging yang hendak dihasilkan
(Van der Weele, 2010),
(10) pertimbangan etis dan empati atas pengorbanan juga perlakuan kejam sejumlah besar hewan untuk diproduksi menjadi makanan umat manusia.

Baca juga: Mamalia Pemakan Daging Lebih Rentan Terkena Kanker

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com