Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti Mulai Uji Coba Teknologi Pemindai yang Diklaim Dapat Mengurangi Risiko Gagal Jantung

Kompas.com - 04/02/2022, 19:15 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tim peneliti dari University of Edinburgh, Skotlandia tengah melakukan uji coba terhadap teknologi pemindaian jantung terbaru.

Mereka mengklaim teknologi tersebut dapat membantu dokter dalam mendiagnosis risiko gagal jantung pada pasien dengan lebih mudah.

Dalam keterangannya, para peneliti mengatakan bahwa mereka menggunakan teknik pencitraan untuk mendeteksi jaringan parut di otot jantung, yang diketahui sebagai penyebab utama gagal jantung.

Pasalnya, pemindai yang saat ini tersedia hanya dapat mengidentifikasi jaringan parut setelah terbentuk, dan memindainya di bagian tertentu pada tubuh.

Dilansir dari Independent, Selasa (1/2/2022) peneliti mengungkapkan bahwa teknologi pemindai jantung yang mampu untuk menemukan jaringan parut secara langsung pada saat mulai berkembang di otot jantung, dapat mengubah metode diagnosis pasien serta pengobatannya.

Baca juga: 3 Pilar Utama Pengobatan Gagal Jantung di Indonesia, Apa Itu?

Apabila berhasil, penelitian yang didanai British Heart Foundation (BHF) itu dapat menganalisis dan memahami bagaimana bekas luka terbentuk pada otot jantung. Sehingga membantu para dokter untuk menentukan perawatan yang lebih baik.

“Pemahaman kami (dokter) tentang perkembangan jaringan parut di otot jantung tidak cukup memadai. Maka teknologi pemindaian ini menarik, karena kami dapat mempelajarinya pada pasien ketika mereka memiliki penyakit jantung,” ujar kepala kardiologi klinis di University of Edinburgh, Professor Marc Dweck.

Dia berkata bahwa jaringan parut adalah target penting dalam diagnosis penyakit jantung pada seseorang. Sebab, jumlah jaringan parut yang berlebihan di otot jantung berisiko pada gagal jantung hingga kematian.

"Saya pikir akan belajar banyak, dan menurut saya teknologi pemindai jantung akan mempercepat pengembangan pengobatan baru pada gagal jantung dan permasalahan di otot jantung lainnya," terang Dweck.

Adalah pasien berusia 72 tahun dari Edinburgh bernama Gordon Sharpe, yang menjadi salah satu peserta penelitian dalam uji coba tersebut.

Pada tahun 2021 lalu, Sharpe mengalami serangan jantung kemudian dilarikan ke rumah sakit  Royal Infirmary of Edinburgh. Pada saat itu dokter menyebutkan bahwa arterinya tersumbat.

Oleh karenanya, dia setuju untuk mengikuti percobaan teknologi pemindai jantung ini.

“Saya percaya bahwa penelitian ini sangat penting, jika kita ingin belajar bagaimana mengembangkan pengobatan dan terapi dengan meningkatkan kualitas serta ruang lingkup kehidupan bagi mereka yang mengalami serangan jantung di kemudian hari," imbuhnya.

Baca juga: Gagal Jantung: Gejala, Penyebab, dan Cara Menurunkan Risikonya

Sementara itu, Kepala BHF Scotland James Jopling mengatakan, pihaknya merasa tertarik untuk mendanai proyek Prof Dweck lantaran berpotensi meningkatkan angka harapan hidup bagi banyak orang.

“Temuan ini adalah contoh bagaimana penelitian mengubah pemahaman kita tentang penyakit jantung, termasuk penyakit jantung koroner, penyebab sebagian besar serangan jantung dan salah satu pembunuh terbesar di Skotlandia,” papar Jopling.

Adapun proyek penelitian Dweck dan timnya adalah salah satu dari lebih 100 penelitian yang saat ini didanai oleh BHF di sepuluh universitas di Skotlandia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com