Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gunung Anak Krakatau Meletus 2018 karena Longsor Bukan Ledakan Vulkanik, Studi Jelaskan

Kompas.com - 21/01/2022, 08:01 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Studi terbaru mengungkapkan bahwa letusan Gunung Anak Krakatau yang terjadi pada 22 Desember 2018 lalu, bukan disebabkan oleh aktivitas ledakan vulkanik melainkan dipicu oleh longsor.

Lebih dari 400 orang meninggal saat Gunung Anak Krakatau meletus pada 2018 lalu. Sementara, 7.000 orang lainnya terluka dan hampir 47.000 orang mengungsi dari rumah mereka.

Dalam sebuah penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Earth and Planetary Science Letters dengan judul "Downward-propagating eruption following vent unloading implies no direct magmatic trigger for the 2018 lateral collapse of Anak Krakatau", mengungkap fakta dibalik penyebab Gunung Anak Krakatau meletus pada tahun 2018.

Anak Krakatau telah meletus selama sekitar enam bulan sebelum keruntuhan dan memperlihatkan lebih dari dua pertiga dari ketinggiannya meluncur ke laut saat pulau itu seolah terbelah menjadi dua. 

Peristiwa letusan Gunung Anak Krakatau pada 2018 silam tersebut memicu gelombang tsunami di perairan Selat Sunda, yang menggenangi garis pantai Jawa dan Sumatera dan menyebabkan kematian lebih dari 400 orang.

Baca juga: Gunung Anak Krakatau Meletus 576 Kali, BNPB: Tak Perlu Khawatir

Studi Gunung Anak Krakatau yang meletus 2018

Salah satu tim peneliti dalam studi ini, Mirzam Abdurrachman dari Institut Teknologi Bandung (ITB) menceritakan bahwa penelitian ini dilakukan atas inisiasi Institut Teknologi Bandung, Universitas Oxford pada tahun 2017.

Dalam perjalanan inisiasi penelitian ini, banyak mahasiswa dari kedua universitas ini yang terlibat, juga berbagai institusi lainnya seperti British Geological Survey, Universitas College London, Universitas Birmingham, University of Southampton, University of Rhode Island, dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).

Mirzam mengatakan bahwa riset ini sebenarnya merupakan projek penelitian jangka panjang.

Tim peneliti pada awalnya akan mempelajari letusan Gunung Krakatau yang terjadi pada tahun 1883. Namun, ketika proses mempelajari peristiwa Gunung Krakatau yang meletus tahun 1883 tersebut berjalan, ternyata terjadi letusan Gunung Anak Krakatau pada tahun 2018 tersebut.

Dengan adanya kejadian itu, lalu target riset kedua dari riset ini yaitu memetakan kembali Gunung Krakatau secara geologi sebelum dan pasca letusan gunung tahun 2018.

"Jadi kita punya dua riset utama sebenarnya, mempelajari kembali (Gunung Krakatau meletus) 1883, dan juga letusan (Gunung Anak Krakatau) 2018," kata Mirzam kepada Kompas.com, Rabu (19/1/2022).

Baca juga: Erupsi Gunung Anak Krakatau, Ini Daftar Gunung Masuk Level Waspada

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com