KOMPAS.com - Penyakit jantung koroner adalah penyakit kelainan pembuluh darah yang sering terjadi. Penyakit jantung koroner hampir mirip dengan stroke. Bedanya, stroke membuat suplai darah ke otak berkurang, sedangkan jantung koroner membuat suplai darah ke otot jantung berkurang.
Penyakit jantung koroner disebabkan oleh penyempitan atau penyumbatan pada pembuluh darah yang menyuplai darah ke otot jantung. Otot jantung juga memerlukan darah untuk menggerakkan otot-otonya agar tetap mampu memompa darah ke seluruh tubuh.
Hal yang paling sering menyebabkan penyempitan atau penyumbatan tersebut adalah trombosis atau atherosklerosis. Trombosis adalah jaringan luka pada pembuluh darah yang membentuk jaringan fibrosa yang disebabkan kolesterol. Jaringan ini berisiko menyumbat aliran darah.
Sedangkan atherosklerosis adalah penumpukan plak di dalam arteri menuju jantung. Plak tersebut berisi kolesterol, kalsium, atau bahan lain yang berlebihan di dalam aliran darah. Jika terus menumpuk, plak ini akan menyumbat pembuluh darah.
Jika trombosis dan atherosklerosis terjadi, maka suplai darah ke otot jantung akan berkurang. Kurangnya aliran darah ke jantung bisa menyebabkan berbagai penyakit serius, seperti angina pectoris (nyeri dada) sampai infark jantung yang menyebabkan kematian mendadak.
Baca juga: Penyakit Jantung Koroner, Gejala, Penyebab, dan Perawatannya
Penyakit ini adalah penyakit yang perlahan-lahan terbentuk, namun menyerang dengan tiba-tiba ketika sudah parah. Penyakit ini juga disebut sebagai silent killer karena perkembangan penyakitnya umumnya tidak menyebabkan gejala apapun hingga terjadi serangan.
Gejala yang paling sering pertama muncul adalah nyeri dada atau angina. Angina mungkin muncul selama beberapa menit dan biasanya disertai sesak napas. Namun, tidak semua angina adalah gejala jantung koroner. Angina juga mungkin muncul ketika beraktivitas berat atau kelelahan.
Terdapat cara untuk membedakan nyeri dada akibat jantung koroner, yaitu sebagai berikut:
Jika Anda mengalami gejala tersebut, segera pergi ke unit gawat darurat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.