Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cedera Kepala Taufik Ramsyah Kiper Tornado FC, Penanganan Terlambat Bisa Sebabkan Kematian

Kompas.com - 24/12/2021, 12:30 WIB
Zintan Prihatini,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Kiper Tornado FC, Taufik Ramsyah meninggal dunia pada Selasa, (21/12/2021) setelah mengalami insiden benturan keras di kepala, sehingga menyebabkan cedera kepala berat.

Diberitakan sebelumnya, penjaga gawang berusia 20 tahun itu mengalami cedera kepala berat setelah berbenturan dengan pemain Wahana FC di Liga 3 Riau, Sabtu (18/12/2021).

Taufik Ramsyah meninggal dunia setelah menjalani operasi kepala dan mendapatkan perawatan selama kurang lebih tiga hari di rumah sakit.

Sementara itu, Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) menduga adanya keterlambatan penanganan medis saat insiden itu terjadi.

Hal tersebut diungkapkan oleh Sekjen PSSI Yunus Nusi saat sesi wawancara dengan Kompas TV, Rabu (22/12/2021).

"Secara lisan kita liat dalam video juga ada keterlambatan (penanganan medis) yang dilakukan oleh panpel (panitia pelaksana) termasuk juga dengan perangkat," imbuh Yunus.

Yunus pun merasa prihatin dan berbelasungkawa atas kejadian yang menimpa kiper Tornado FC itu. Di samping itu, ia menambahkan, PSSI masih menanti laporan dari Asprov PSSI Riau untuk menentukan langkah ataupun tindakan selanjutnya.

Baca juga: Kiper Tornado FC Taufik Ramsyah Meninggal karena Cedera Kepala, Ketahui Jenis dan Gejalanya

Keterlambatan penanganan setelah mengalami benturan keras hingga menyebabkan cedera kepala, seperti yang dialami kiper Tornado FC Taufik Ramsyah, ternyata tidak main-main.

Dijelaskan dokter umum, dr Lovira Ladieska keterlambatan penanganan cedera kepala dapat berakibat fatal.

Menurut dia, penanganan cedera kepala harus dilakukan sesegera mungkin, sebab dikhawatirkan jika telat ditangani akan meningkatkan risiko gagal napas, pendarahan yang tidak kunjung berhenti, dan gangguan kesadaran yang terus berlanjut. Kondisi ini bahkan dapat mengakibatkan kematian.

"Pada kasus cedera kepala dalam olahraga, terutama sepak bola dokter harus sesegera mungkin melakukan protokol manajemen trauma atau ATLS (Advanced Trauma Life Support)," kata dr Lovira yang kini sedang menempuh studi di Perancis, saat dihubungi Kompas.com, Kamis (23/12/2021).

Selain itu, Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) juga telah mengeluarkan instrumen atau alat bernama Sport Concussion Assessment Tool 5 atau SCAT-5 yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kasus cedera kepala dalam sepak bola.

"Jadi udah ada check list yang dikeluarin dari FIFA. Nah, gunanya untuk mengevaluasi parahnya cedera kepala dari atlet tersebut," tambahnya.

Lebih lanjut, dia berkata bahwa dokter olahraga yang bertugas harus bisa menggunakan protokol manajemen trauma jika ada atletnya yang terkena cedera kepala, seperti yang dialami Taufik Ramsyah usai mengalami benturan dengan pemain lawan.

Baca juga: Menguak Hubungan Cedera Kepala dengan Kriminalitas

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com