Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BMKG Minta Nelayan Waspada Cuaca Ekstrem Selama Pancaroba

Kompas.com - 22/09/2021, 13:32 WIB
Ellyvon Pranita,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan agar nelayan di sepanjang pesisir selatan Jawa mewaspadai potensi cuaca ekstrem saat pancaroba ini.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan, saat ini, wilayah Indonesia secara bertahap telah mengalami peralihan dari musim kemarau ke musim hujan.

“Pada musim peralihan, gelombang tinggi, badai, angin kencang, atau cuaca buruk dapat sewaktu-waktu terjadi. Ketinggian gelombang bisa mencapai kisaran 4 - 6 meter,” kata Dwikorita saat membuka Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN) di Kebupaten Gunung Kidul, Yogyakarta, Selasa (21/9/2021).

Dwikorita menjelaskan, perubahan cuaca ekstrem jelang masa peralihan sangat mempengaruhi keselamatan pelayaran perahu nelayan saat tengah mencari ikan.

Baca juga: Musim Hujan di Indonesia Lebih Awal, Mengapa Ada Daerah Belum Hujan?

Maka dari itu, BMKG menghimbau kepada nelayan untuk terus mengupdate informasi cuaca sebelum memutuskan untuk berlayar.

Selain membaca tanda-tanda alam seperti kemunculan awan Cumulonimbus yang berbentuk seperti bunga kol bergulung-gulung, lanjut dia, nelayan perlu juga mengakses informasi cuaca real time yang dikeluarkan pemerintah melalui BMKG.

“Informasi dari BMKG tersebut dijadikan pijakan keputusan, apakah akan melaut atau tidak. Kapan harus berlayar, dan kapan harus menunggu. Waktu menunggu bisa dimanfaatkan untuk perbaikan kapal atau jaring,” ujarnya.

Adapun potensi cuaca ekstrem tersebut dipicu oleh berbagai dinamika atmosfer dan anomali iklim yang ada.

Dipaparkan Dwikorita, berdasarkan pemantauan parameter anomali iklim global oleh BMKG dan institusi-institusi internasional lainnya, terdapat indikasi atau peluang bahwa ENSO Netral akan berkembang menjadi La Nina dengan kategori lemah hingga moderat menjelang akhir tahun 2021 hingga awal tahun 2022.

Baca juga: Mulai Musim Hujan, Ini 4 Cara Mencegah DBD di Lingkungan Rumah

Sementara itu, Indian Ocean Dipole Mode (IOD) Netral diprediksi bertahan setidaknya hingga Januari 2022.

“Jika La Nina terjadi, maka akan berdampak pada peningkatan curah hujan di hampir seluruh wilayah Indonesia. Hal ini juga berdampak pada risiko terjadinya bencana hidrometeorologi,” kata dia.

Mitigasi cuaca ekstrem bagi nelayan

Berdasarkan analisis BMKG, sejumlah wilayah di Indonesia diprediksi akan mengalami musim hujan lebih besar dari biasanya.

Wilayah-wilayah tersebut di antaranya adalah sebagian Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau bagian selatan, Jawa, Bali-Nusa Tenggara, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur bagian barat hingga selatan, Sulawesi, Maluku Utara bagian barat, Pulau Seram bagian selatan, dan Papua bagian selatan.

Sementara itu, puncak musim hujan periode 2021/2022 sendiri diprediksi akan terjadi pada bulan Januari dan Februari 2022.

Oleh karena itu, semua pihak berwenang harus terlibat aktif untuk mengantisipasi adanya bencana hidrometeorologi yang dapat menimpa masyarakat saat beraktivitas.

Baca juga: BMKG: Musim Hujan Indonesia 2021/2022 Diprediksikan Maju pada September

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com