Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Varian Baru Virus Corona Terus Bermunculan, Begini Cara Menghindarinya

Kompas.com - 06/03/2021, 18:33 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Beberapa hari lalu pemerintah Indonesia mengumumkan varian B.1.1.7 masuk Indonesia. Ada dua kasus Covid-19 dengan varian ini.

Setelah B.1.1.7, kemarin Otoritas Kesehatan Australia mengumumkan mutasi Covid-19 asal Rusia di Queensland. Varian bernama B.1.1.317 dilaporkan menginfeksi seorang pasien yang baru datang dari luar negeri.

Tak hanya itu saja, sejumlah varian baru lain juga telah diumumkan banyak negara.

Varian B.1.351 yang pertama kali terlihat di Afrika Selatan juga sudah muncul di Carolina Selatan dan Maryland.

Baca juga: 4 Varian Baru Virus Corona yang Mengkhawatirkan, Salah Satunya B.1.1.7

Maraknya varian baru yang terus bermunculan di banyak negara bukan hal yang mengejutkan bagi para ilmuwan.

Bagaimanapun, semua jenis virus termasuk corona SARS-CoV-2 selalu berubah dan berkembang.

Ditambah lagi, penyebaran virus yang tidak terkendali di seluruh dunia membuat virus memiliki banyak kesempatan untuk terus bermutasi.

Apa yang bisa dilakukan untuk menghadapi varian ini?

Prof. Amin Soebandrio, Direktur Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman mengatakan, varian-varian baru virus corona akan terus bermunculan.

Dia berkata, masing-masing varian virus corona memiliki karakteristik berbeda.

"Memang ada kekhawatiran, tapi belum ada bukti kuat apakah varian baru virus (corona) menimbulkan infeksi dengan gejala lebih berat atau bisa menimbulkan lebih banyak kematian," kata Prof. Amin kepada Kompas.com dihubungi Sabtu (6/3/2021).

"Walaupun memang sudah ada beberapa laporan (tentang kajian varian baru Covid-19), tapi itu masih dalam skala masih sedikit. Jadi belum signifikan," imbuh dia.

Artinya, hingga saat ini pun para ilmuwan di berbagai negara dan bidang terus berkerja keras untuk lebih memahami varian-varian baru Covid-19 yang terus bermunculan ini.

"Kadang-kadang varian itu hanya punya arti epidemiologi saja. Kalau kita lihat ada pergeseran. Misalnya dari Januari tahun lalu, (varian) dominan di Indonesia kan klet S dan sebagainya. Tapi seiring berjalannya waktu, sekarang banyaknya klet G," jelas Amin.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com