KOMPAS.com - Ada dua fenomena yang menghiasi langit Indonesia mulai tadi pagi, sore, hingga esok pagi.
Dua fenomena langit tersebut adalah fase bulan perbani akhir di simpul menurun dan elongasi barat maksimum merkurius.
Peneliti Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Andi Pangerang dalam keterangan tertulisnya di laman edukasi sains Lapan menjelaskan bahwa kedua fenomena ini memiliki daya tarik sendiri untuk diamati oleh masyarakat dari rumah.
Apa saja? Simak penjelasannya.
Baca juga: Fenomena Langit Maret 2021: Ada Konjungsi Bulan, Mars, Aldebaran
Fase perbani akhir adalah salah satu fase Bulan ketika konfigurasi antara Matahari, Bumi dan Bulan membentuk sudut siku-siku yaitu 90 derajat, dan terjadi setelah fase bulan purnama.
Dalam kondisi ini, Bulan berjarak 372.081 kilometer dari Bumi (geosentrik) dan berada di sekitar konstelasi Ophiuchus.
Andi menyebutkan, meskipun puncak fase perbani akhir terjadi pada pukul 08.30 WIB, 09.30 WITA, 10.30 WIT tadi pagi, tapi Anda tidak bisa mengamatinya tadi pagi.
"Bulan perbani akhir baru dapat disaksikan ketika terbit sekitar tengah malam dari arah timur-tenggara, berkulminasi di arah selatan menjelang terbit Matahari dan kemudian terbenam di arah barat-barat daya sekitar tengah hari," jelasnya.
Uniknya lagi, fase bulan perbani kali ini beriringan dengan ketika Bulan berada di simpul menurun (descending node) yang telah terjadi sebelumnya pada pukul 07.55 WIB.
Simpul menurun adalah perpotongan antara orbit Bulan dengan ekliptika yang mana Bula bergerak menuju ke selatan ekliptika.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.