Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Peringkat Ketujuh Kematian Balita akibat Pneumonia di Dunia, Apa Sebabnya?

Kompas.com - 09/11/2020, 17:33 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com- Ahli mengingatkan agar para orangtua di tengah pandemi Covid-19 ini untuk meningkatkan perlindungan terhadap balita dari penyakit mematikan, yaitu pneumonia.

Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2017, terdapat 25.481 kematian balita karena infeksi pernapasan akut dan ini menempatkan Indonesia di peringkat ketujuh dunia dengan beban pneumonia tertinggi.

Angka kematian 25.481 balita itu menunjukkan bahwa 17 persen dari semua kematian balita dunia akibat pneumonia adalah di negara Indonesia.

Bahkan di dalam negara sendiri, pneumonia adalah penyebab kematian balita kedua di Indonesia setelah persalinan preterm dengan prevalensi sekitar 15.5 persen. Tahun 2019, terdapat sekitar 467.383 kasus pneumonia pada balita.

Baca juga: Kasus Pneumonia Misterius di Kazakhstan, Begini Tanggapan WHO

 

Apa itu pneumonia?

Ketua Unit Kerja Koordinasi Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia Dr dr Nasiti Kaswandani SpA(K) menyampaikan, pneumonia merupakan penyakit peradangan akut pada paru-paru yang membuat paru-paru dipenuhi dengan cairan dan sel radang.

"Kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi kesehatan serius dan tidak jarang menyebabkan kematian," kata Nastiti dalam diskusi daring bertajuk Save the Children: Kenali dan Cegah Pneumonia pada Anak "the Forgotten Killer", Kamis (5/11/2020).

Baca juga: Apa Itu Pneumonia, Jenis Penyakit Pernapasan yang Ramai Saat Ini?

 

Selain itu, diakui Nastiti bahwa penyakit pneumonia juga sering terlambat disadari karena gejala awalnya yang sulit dibedakan dengan penyakit pernapasan lain yang ringan seperti pilek dan selesma.

Akibatnya, kata dia, banyak anak yang mengidap pneumonia tidak mendapatkan perawatan yang seharusnya dan berdampak fatal pada kesehatan mereka.

Penyebab pneumonia pada bayi

Pneumonia adalah peradangan pada jaringan paru yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau jamur.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com