Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli: Jamur Pangan Alternatif di Tengah Pandemi Ancam Ketahanan Pangan

Kompas.com - 13/10/2020, 13:31 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com- Memburuknya pola konsumsi pangan bergizi di tengah pandemi Covid-19 yang masih terjadi ini, diduga terjadi akibat menurunnya daya beli selama pandemi dan berdampak pada kualitas kesehatan individu.

Peneliti Bidang Industri dan Perdagangan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Purwanto M.Econ.St menyampaikan dampak pandemi Covid-19 terhadap kualitas konsumsi pangan masyarakat bisa menyebabkan beragam persoalan.

Di antaranya ketersediaan pangan yang berkurang karena melemahnya usaha petani khususnya komoditas sayuran, pendistribusian pangan yang terbatas dengan adanya protokol kesehatan, perubahan pola penjualan bahan pangan dan juga menurunnya daya beli masyarakat.

"Terganggunya rantai pasok pangan ini juga mengancam ketahanan pangan sampai ke tingkat keluarga atau rumah tangga," kata Purwanto dalam diskusi daring bertajuk Jamur Pangan sebagai Sumber Protein Nabati di Masa Pandemi Covid-19, Rabu (7/10/2020).

Baca juga: Terkontaminasi Bakteri Listeria Ternyata Jamur Enoki Kaya Nutrisi, LIPI Jelaskan

 

Data sebelum pandemi yaitu tahun 2019, indeks ketahanan pangan sebenarnya sejak tahun 2000 semakin naik peringkat.

Belum ada angka gambaran keseluruhan ketahanan pangan di tengah pandemi ini. Tetapi, kata Purwanto, ada sejumlah indikator yang bisa mempengaruhi persoalan ketahanan pangan yang di hadapi di tengah pandemi ini.

Ia juga menegaskan bahwa permasalahan ketahanan pangan di masa pandemi ini merupakan permasalahan global yang jika tidak ditangani atau diantisipasi segera, maka salah satu dampak buruk yang tidak diharapkan adalah munculnya klaster baru Covid-19 yaitu dari sektor pertanian.

Baca juga: Bakteri Listeria di Jamur Enoki, Ini 6 Anjuran Badan Ketahanan Pangan

 

"Tantangan dari ketahanan pangan ini juga bentuk upaya memperbaiki pola konsumsi masyarakat dari asal perut kenyang, menjadi pola pangan dengan gizi seimbang," jelasnya.

Para ahli pun menyadari bahwa saat ini masyarakat yang mengonsumsi pangan asal kenyang tersebut memang karena tuntutan penyesuain terhadap kondisi ekonomi yang juga melemah ini.

Namun, bukan berarti masyarakat tidak punya pilihan alterntaif lainnya.

Para ahli mengingatkan, saat ini adalah saat yang baik untuk masyarakat dapat melirik dan perlu melakukan penyesuaian baru konsumsi tanpa mengorbankan kualitas gizi dengan memilih pangan yang tepat, tersedia di sekitar dan terjangkau meski pendapatan sektor ekonomi sedang menurun.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com