Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Klaim Obat Covid-19 Hadi Pranoto, Pakar Angkat Bicara

Kompas.com - 02/08/2020, 09:52 WIB
Sri Anindiati Nursastri

Penulis

KOMPAS.com – Tidak sedikit orang Indonesia atau pihak tertentu yang mengeluarkan pernyataan terkait obat atau herbal yang bisa menyembuhkan Covid-19.

Salah satunya adalah Hadi Pranoto, seseorang yang memperkenalkan diri sebagai profesor sekaligus Kepala Tim Riset Formula Antibodi Covid-19. Baru-baru ini Hadi diwawancara oleh musisi Erdian Aji Prihartanto atau Anji, yang diunggah dalam video Youtube pada 31 Juli 2020.

Baca juga: Uji Klinis Vaksin Covid-19 Sinovac Disetujui, Apa Syarat Jadi Relawan?

Dalam video tersebut, Hadi menyebutkan bahwa cairan antibodi Covid-19 yang ditemukannya bisa menyembuhkan ribuan pasien Covid-19. Cairan antibodi Covid-19 tersebut diklaim telah didistribusikan di Pulau Jawa, Bali, dan Kalimantan.

Hadi juga menyebutkan telah memberikan cairan antibodi Covid-19 tersebut kepada ribuan pasien di Wisma Atlet, dengan lama penyembuhan 2-3 hari.

Masyarakat jangan asal percaya klaim

Ahli biologi molekuler independen, Ahmad Utomo, menyebutkan bahwa salah satu masalah mendasar di Indonesia terkait obat atau pengobatan sebuah penyakit adalah klaim.

“Masalah di Indonesia dan masyarakat awam itu salah satunya terkait klaim. Obat itu highly regulated, makanya kita punya Badan POM supaya ada perlindungan kepada masyarakat yang mengonsumsinya,” tutur Ahmad kepada Kompas.com, Minggu (2/8/2020).

Baca juga: Pentingnya Indonesia Memiliki Vaksin Covid-19 Buatan Sendiri

Menurut Ahmad, pada masa pandemi Covid-19 beberapa aturan terasa lebih longgar. Misal, beberapa obat yang digunakan untuk penyakit lain juga diuji untuk Covid-19. Ritonavir untuk HIV misalnya, juga hidroklorokuin untuk malaria.

“Saya bisa saja klaim sebuah obat. Masyarakat pasti memiliki ekspektasi penyembuhan. Nah kalau tidak sembuh bagaimana, kalau pasiennya meninggal misal bagaimana? Efek sampingnya seperti apa? Pertanggungjawabannya seperti apa?” papar ia.

Oleh karena itu Ahmad menyebutkan bahwa masyarakat harus teredukasi mengenai orang-orang yang mengeluarkan klaim. Hal itu juga dipaparkannya dalam video yang diunggah di akun Youtube Pak Ahmad pada 1 Agustus 2020.

Pentingnya proses uji klinis

Ahmad menyebutkan belum ada ilmuwan yang bisa meyakini obat yang tengah diuji sekarang mampu mengobati Covid-19. Itulah mengapa kita butuh uji klinis.

“Uji klinis harus dirancang dengan serius. Terobosan-terobosan yang dilakukan oleh pihak non-medis harus bekerja sama dengan pihak medis,” tuturnya.

Hadi Pranoto sebelumnya mengatakan telah memberikan cairan antibodi Covid-19 kepada ribuan pasien di Wisma Atlet.

Baca juga: Agustus, Indonesia Mulai Uji Klinis Vaksin Corona Sinovac pada 1.620 Orang

“Wisma Atlet itu didesain bukan untuk pasien gejala berat, melainkan isolasi mendiri pasien gejala ringan sampai sedang. Mengapa tidak ditulis data klinisnya seperti apa. Tidak perlu sampai randomisasi,” tambahnya.

Ahmad menyebutkan bahwa jika benar cairan antibodi itu ampuh untuk mengobati pasien Covid-19, ini akan jadi berita baik.

Baca juga: [Hoaks] Indonesia Dijadikan Kelinci Percobaan Vaksin Corona, Ini Penjelasannya

Namun sayangnya, pengujiannya tidak tertulis atau terekam. Tidak jelas cairan antibodi Covid-19 itu diberikan kepada pasien dengan kisaran usia berapa, atau dengan gejala seperti apa.

“Menulis apa yang kita kerjakan dan mengerjakan apa yang kita tulis. Ini untuk sustainability. Tidak bisa asal klaim kalau tidak ada penelitiannya. Saya melihat klaim ini sengaja mencari keuntungan dengan eksploitasi ketidaktahuan orang, atau memang tidak tahu saja empirisnya,” tutup Ahmad.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com